Beranda Edisi 3
Salam,
Jemaat yang Tuhan Yesus kasihi, Kita tentunya akrab dengan ungkapan ”keluarga yang berdoa”. Itu cetusan sederhana sekaligus sangat indah. Sederhana, karena maknanya jelas. Terang benderang. Tidak perlu penjelasan ini dan itu, semua orang akan memahaminya. Indah, karena kehidupan kita; baik kehidupan personal kita, maupun kehidupan sosial kita.
Keluarga, kita tahu, seumpama hidup kita ini sebuah pohon, maka keluarga adalah akarnya. Secara personal, cerah suram kehidupan kita banyak ditentukan oleh keluarga. Kita tidak bisa berharap kehidupan yang cerah, kalau keluarga kita ”berantakan”. Dan secara sosial, teguh rapuhnya masyarakat – juga gereja – sangat ditentukan oleh keluarga-keluarga di dalamnya. Sulit kita berharap masyarakat dan gereja kita akan ”sehat sejahtera”, kalau keluarga-keluarga yang ada di dalamnya ”sakit”.
Lalu berdoa. Doa adalah ”nafas” kita sebagai orang Kristen. Doa itulah yang menjembatani terjalinlan relasi dan komunikasi dengan Sang Sumber Hidup. Doa jugalah yang memungkinkan kita menghadapi kehidupan dengan bijak dan bajik
Maka marilah kita menjadikan ”keluarga yang berdoa”, bukan sekadar sebuah ungkapan indah. Atau tema dalam aktivitas gereja. Tetapi betul-betul menjadi proritas dan gaya hidup kita; dalam keluarga inti kita, mapun dalam keluarga besar GPBB. Kita berjalan seiring sejalan, senada seirama, dalam menggapai kehidupan yang lebih cerah, lebih bermakna, dan lebih mendatangkan berkat bagi sesama. Bukan demi prestasi dan prestise kita, tetapi demi kemuliaan Tuhan. Segala hormat dan puji bagi Allah Bapa, di dalam Tuhan Yesus Kristus. Amin.
[wpdm_file id=9]