Dipanggil untuk Melayani (I)
Pada tanggal 23-24 Oktober yang lalu, majelis jemaat GPBB mengadakan retret dengan mengundang Pdt Irwan Pranoto (SAAT, Malang) untuk menjadi pembicara utama. Berikut catatan kecil dari sesi-sesi yang dibawakan oleh Pdt Irwan Pranoto.
Di dalam gereja, ada 3 macam ‘used’:
- ‘Dis-used’/‘un-used’, yaitu jemaat yang belum dilibatkan dalam pelayanan gerejawi.
- ‘Mis-used’, yaitu orang-orang yang berada di tempat yang tidak sesuai, yang biasanya karena tidak ada orang lain yang bersedia melayani di bidang tersebut. Alhasil, orang tersebut kesannya dipaksakan untuk berada di dalam pelayanan itu.
- ‘Ab-used’, yaitu orang-orang yang menangani begitu banyak hal karena kekurangan orang yang melayani.
Karena itu, seringkali muncul beberapa realita berikut ketika kita melayani: (1) pelayanan yang diawali dengan sukarela namun akhirnya dijalankan sesukanya dan serelanya saja dan (2) pelayanan menjadi begitu berat dan lelah, dimana kita merasa begitu ‘plong’ saat pelayanan berakhir.
Spiritualitas seorang pelayan didasari oleh identitas dan relasi kita dengan Tuhan. Ketika ada relasi yang intim dengan Tuhan, maka hal tersebut akan menghasilkan:
- Kesadaran
Kita disadarkan bahwa relasi dengan Tuhan adalah awal dari pelayanan. Pelayanan ada hanya karena kemurahan Allah, dan bukan inisiatif dari kita. Pada zaman akhir banyak orang akan berkata, “Tuhan, Tuhan, bukankah kami telah melakukan hal ini dan hal itu demi namaMu?” (bdk. Mat 7:21-23) Pola pikir ini keliru, karena semua pelayanan kita adalah anugerah Tuhan. Tuhan yang memilih kita dan dan pelayanan kita adalah respon terhadap anugerah tersebut – bukan karena kemampuan kita.
Itulah maksud dari perumpamaan Yesus tentang orang-orang upahan di kebun anggur. Ada yang bekerja mulai pagi, siang, bahkan ada yang bergabung 1 jam sebelum pekerjaan selesai. Namun mereka semua diberi bayaran yang sama yaitu 1 dinar. Orang yang bekerja lebih lama protes, akan tetapi sebenarnya ia lupa, bahwa kalau pemilik kebun anggur itu tidak mempekerjakannya pagi itu, maka hari itu ia akan menganggur.
Upah/berkat/penghargaan adalah bonus. Dasar pelayanan adalah hanya karena anugerah, jadi janganlah kita tinggi hati maupun rendah diri (minder). (bersambung) (ABP)