Kesempatan Kedua
Hidup delapan belas tahun di lingkungan umat muslim, minggu Lebaran selalu saya nantikan. Bukan hanya kue lebaran yang terlampau lezat, tetapi juga keramaian serta hiruk pikuk yang tidak biasa. Yang paling menarik juga yaitu momen pagi hari setelah sholat Ied. saya selalu mengintip saudara sepupu saya sungkeman dengan orangtua mereka, meminta maaf, sambil meneteskan air mata, sambil berharap memiliki kesempatan kedua, meminta ampunan untuk hari-hari berikutnya.
Topik mengenai kesempatan kedua terkadang menjadi sangat biasa karena seringnya dibicarakan. Namun, semua itu menjadi sangat istimewa ketika kita tahu bahwa Allah kita tidak hanya memberi kesempatan kedua, tetapi juga ketiga, keempat, kelima dan seterusnya. God of another chances. Pemazmur mengungkapkannya di Mazmur 86:15, “Tetapi Engkau, ya Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih dan setia”. Hal ini juga jelas ketika membaca yang tertulis di Alkitab, terkadang kita berpikir bahwa apa yang dilakukan Tuhan sangat jauh dari logika kita. Bagaimana mungkin, Yunus yang sudah lari ke kapal lain ke Tarsus, masih dipanggil Tuhan kembali ke Niniwe? Bagaimana mungkin, Petrus yang menyangkal Yesus tiga kali masih dipakai Tuhan untuk memberitakan tentang diri-Nya saat Pentakosta?
Seperti Tuhan yang panjang sabar dan berlimpah kasih, Tuhan juga ingin kita memberikan kesempatan kedua juga kepada orang lain. Bahkan dalam Matius 6:15, secara tegas Yesus berkata, “Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” Kita akui memang hal ini tidak mudah ketika kita bukan menjadi orang yang bersalah. “Lebih mudah di zaman ini untuk menghukum, menuntut melalui pengacara, menelepon polisi, atau bahkan menghujat di social media. Jika kita memiliki Tuhan yang panjang sabar dan berlimpah kasih, masihkah kita sama seperti dunia ini yang bahkan tidak memberi kesempatan kedua?
Cerita sungkeman kepada orangtua selalu mengingatkan saya pada perumpamaan anak yang hilang. Jika pada suatu hari, anak kita sendiri yang mengambil serta menjual harta kita, lalu setelah lama menghilang dari rumah, dia pun kembali. Masih maukah kita mengampuninya? Ya, Tuhan mengampuni, dan kitalah anak yang hilang itu. Semoga hari ini menjadi awal yang baik bagi kita untuk memberikan kesempatan kedua, terkhusus bagi orang-orang yang bersalah kepada kita. (SBW)