KRISTEN: MURID KRISTUS YANG RADIKAL?
Kita bersyukur kepada Tuhan karena GPBB memiliki program pembinaan K2 yang berkesinambungan. Maksudnya ialah bahan-bahan yang digunakan dalam K2 mengikuti komposisi empat matriks: spiritualitas, pengajaran, karakter, dan pelayanan. Empat area besar ini digarap silih-berganti dengan tujuan kita mendapatkan asupan rohani yang seimbang sebagai murid Kristus. Tidak hanya kuat dalam hal pengajaran-kognitif, tapi juga pembentukan karakter yang bersifat transformatif. Tidak hanya fokus pada spiritualitas ke dalam, tapi juga pelayanan ke luar. Dengan demikian, diharapkan pertumbuhan rohani kita menjadi utuh dan seimbang.
Tahun ini kita tengah memasuki matriks karakter, setelah setahun lalu menyelesaikan matriks pengajaran melalui buku The God Who is There karya D.A. Carson. Untuk matriks karakter tahun ini, tim K2 dan pengerja sepakat memilih buku The Radical Disciple: Wholehearted Christian Living tulisan teolog dan misiolog besar abad ini, John Stott. Pemilihan ini dilakukan dengan beberapa alasan: pertama, John Stott adalah penulis yang Kristen yang berpengaruh. Banyak tulisannya menjadi berkat bagi banyak orang di seluruh dunia; kedua, tema pemuridan yang radikal adalah tema yang signifikan dan mendasar bagi pembentukan karakter Kristus dalam diri kita. John Stott membahasnya dengan dalam namun dalam bahasa yang lugas dan sederhana; ketiga, tulisan ini lahir di penghujung kehidupan John Stott. Kita akan dapat merasakan bagaimana seorang pemimpin Kristen yang berpengaruh memandang hal-hal yang utama dalam hidup ini, misalnya perihal kematian. John Stott juga akan memperhadapkan kita pada elemen yang paling esensial dalam mengikut Kristus: menjadi murid yang radikal, yaitu murid yang totalitas hidupnya berakar pada ajaran Kristus.
“Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? (Lukas 6:46),” demikian penegasan Tuhan Yesus kepada orang banyak yang mengklaim menjadi pengikut-Nya, tapi tidak hidup seturut kehendak-Nya. Inilah juga yang menjadi perhatian John Stott dalam buku The Radical Disciple: Wholehearted Christian Living. Banyak orang mengklaim dirinya Kristen dan sebagai pengikut Kristus, tetapi pola hidup dan karakternya jauh berbeda dari pengajaran Kristus. Dalam buku ini Stott lebih memilih menggunakan kata “murid” ketimbang “Kristen” karena dua alasan: pertama, kata “murid” lebih sering dipakai dalam Alkitab ketimbang kata “Kristen” yang hanya tiga kali muncul dalam Alkitab (Kisah Para Rasul 11:26; 26:28 dan 1Petrus 4:16); kedua, sekalipun kedua kata ini menyiratkan relasi secara pribadi dengan Yesus, kata “murid” memiliki nuansa yang lebih kuat karena menggambarkan relasi antara “pupil to teacher” atau “disciples to their Lord.” Murid ialah pengikut Kristus, bukan ikut-ikutan mengikut Yesus.Seorang murid Kristus menghidupi teladan dan pengajaran Tuhan Yesus dengan sungguh-sungguh. Kiranya dalam anugerah Tuhan, kita boleh bertumbuh bukan hanya menjadi Kristen, tapi memiliki kehidupan murid, yang menunjukkan karakteristik sesuai dengan pengajaran Kristus, Tuhan kita dalam hidup kita setiap hari (yj).
(sumber: Pengantar dari buku K2 The Radical Disciple)