MELAYANI SEPERTI ANAK KECIL ITU
Kisah tentang Yesus yang memberi makan lima ribu orang dengan lima roti jelai dan dua ekor ikan tentu sudah akrab sekali di telinga kita. Ini dicatat di keempat Injil (Mat.14:13-21; Mrk.6:30; Luk.9:10-17; dan Yoh.6:1-14). Saya masih ingat pertama kali saya mendengarkan kisah ini di Sekolah Minggu dengan mata berbinar-binar. Apalagi ketika guru Sekolah Minggu menceritakan dengan begitu bersemangat.. wah, semuanya terasa hidup di depan mata. Orang banyak yang berduyun-duyun mengikuti Yesus dan murid-murid-Nya. Beribu-ribu orang, besar dan kecil, menyemut memenuhi pesisir danau Tiberias. Mereka terus mengikuti Yesus sampai tiba ke tempat yang sunyi. Wajah mereka yang lelah, tetapi harap-harap cemas sekiranya mungkin Yesus ini dapat menjadi Mesias, Raja pembebas mereka dari penjajahan Romawi. Dan mungkin.. akh.. mungkin saja.. kejayaan Israel seperti pada masa pemerintahan raja Daud dapat dipulihkan kembali (Yoh.6:2,14-15). Lalu ada wajah Filipus yang kebingungan tentang perintah Tuhan Yesus bahwa mereka harus memberi makan orang banyak itu (Yoh 6:5,7). Disambung dengan wajah Andreas yang sama sekali tidak merefleksikan iman terhadap Yesus: “Tetapi, apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” (Yoh.6:9). Di susul dengan wajah Sang Gembala Agung, Yesus sendiri. Wajah yang penuh kasih karena hati-Nya tergerak oleh belas kasihan (Mat.14:14; Mrk.6:34). Kita juga tahu peristiwa dahsyat setelah itu. Yesus memberkati lima roti dan dua ikan tersebut sehingga cukup untuk memberi makan lima ribu orang laki-laki (belum termasuk istri dan anak-anak mereka jika semuanya ikut), bahkan masih ada sisa duabelas bakul penuh! Kisah yang luar biasa bagaimana Tuhan yang penuh kasih memelihara orang banyak melalui mukjizat kuasa-Nya. Di penghujung cerita, ada wajah orang-orang banyak yang kekenyangan (mungkin karena makannya nambah). Begitulah biasanya guru-guru kami bercerita. Kisah yang indah dan membekas dalam hati.
Tetapi sebetulnya ada satu wajah yang hampir tidak pernah disebutkan ketika kisah ini diceritakan. Ya betul.. wajah anak kecil yang mempunyai lima roti dan dua ekor ikan itu (Yoh.6:9). Kita tidak punya banyak informasi tentang dirinya. Para penulis Injil tidak menyebutkan namanya, bahkan hanya Injil Yohanes yang mencantumkan tentang diri anak kecil tersebut. Seolah-olah, ia memang tidak penting. Dan itu betul! Di dalam kisah ini, dan di dalam semua kisah hidup dan pelayanan kita, hanya satu nama yang penting untuk disebutkan: nama Yesus! Tidak heran para penulis Injil hanya berfokus kepada-Nya.
Melalui kisah ini kita diingatkan: pertama, tidak penting apakah nama kita disebut atau tidak dalam pelayanan. Asal nama Yesus menjadi fokus dan pusat, maka itu sudah cukup. Dalam konteks kehidupan kita saat ini yang penuh dengan atribusi dan penghargaan, kita perlu makin mawas diri dalam melayani Tuhan. Dalam semua prestasi, keterlibatan, dan pencapaian kita dalam pelayanan, nama siapakah yang bergaung paling keras dan paling merdu? Semoga nama Yesus. Hal kedua yang kita pelajari ialah tidak masalah berapa sepele hal (talenta) yang kita miliki dalam pelayanan. Asal kita membawanya kepada Yesus, Ia mampu membuatnya berdampak besar bagi orang banyak dan bagi kemuliaan Allah. Kadang kita merasa minder atau malah mengurungkan diri melayani karena merasa tidak measure up dengan standar yang diharapkan. Tentu saja kita harus selalu berusaha memberi yang terbaik dalam segala hal kepada Tuhan. Tetapi Yesus juga memberkati walau itu hanya “lima roti dan dua ikan”. Apa “lima roti dan dua ikan” Anda saat ini? Sudahkah Anda berikan kepada Yesus? Mari kita sama-sama (belajar) melayani seperti anak kecil itu. Tuhan Yesus memberkati (yj)