MEMELIHARA BUMI DAN ISINYA SEBAGAI MISI EKO-TEOLOGI KRISTEN
Antrian panjang bak ular naga mewarnai sebuah gerai makanan cepat saji di salah satu pusat perbelanjaan di daerah Bukit Panjang. Sebagian besar calon pembeli menunggu sambil mengotak-katik telepon genggamnya, tidak sabar untuk segera menyantap makanan dan bergegas dengan ritme hidup yang memang tidak bisa menunggu. Tapi memang ada saja yang tidak biasa di siang hari itu. “What?? No straw meh?? How come?” Kira-kira begitulah keterkejutan (jika tidak ingin dibilang protes) beberapa pembeli. Pasalnya, kesadaran akan penggunaan plastik yang berlebihan di Singapura mendorong gerai makanan cepat saji (dan nantinya hotel-hotel) untuk tidak menyediakan sedotan plastik bagi konsumen. Or, is it?
Baru-baru ini, sepasang ilmuwan Australia memperkirakan ada 8,3 milyar sedotan plastik yang terbuang ke laut di dunia. Angka yang cukup fantastis! Tetapi para peneliti menyatakan bahwa bahkan jika seluruh sedotan plastik itu dimasukkan ke dalam laut, itu hanya kurang dari 1 persen (tepatnya, 0,2 persen) dari seluruh 8 juta ton sampah plastik yang mencemari laut dan bumi kita. Terlepas dari niat dan usaha yang baik tentang larangan penggunaan sedotan plastik, more can be done! Pada 30 September 2013, Singapore Environment Council (SEC) bekerja sama dengan Ministry of the Environment and Water Resources, dan the National Environment Agency, melaporkan penelitian mereka dalam sebuah artikel berjudul “Identifying and mitigating the wastage and inefficient use of plastic bags in Singapore.” SEC menunjukkan penggunaan plastik yang marak erat kaitannya dengan aspek biaya dan juga tingkat kesadaran pengguna plastik terhadap ekologi.
Dalam konteks iman Kristen, sayangnya gereja tidak terlepas dari perilaku mencemari lingkungan hidup. Umumnya, acara dan kegiatan yang dilakukan oleh gereja akrab dengan penggunaan plastik yang bersifat sekali pakai buang. Gelas, sendok dan kantong plastik mewarnai kebersamaan, resepsi pernikahan dan acara makan setelah persekutuan. Namun memang ketika kenyamanan dan kehidupan praktis yang ditawarkan, penggunaan plastik yang berlebihan tidak selalu mudah untuk diatasi. Salah satu yang disarankan oleh SEC ialah penggunaan tas belanja dan botol minum pribadi untuk mengurangi pemakaian plastik.
Dari perspektif eko-teologis iman Kristen, kita selayaknya mendukung gerakan ini sebagai bagian dari mandat Tuhan untuk memelihara bumi beserta isinya. Sebelum Tuhan memberikan misi kepada Abraham untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain (Kej.12:1-3), Tuhan lebih dulu memberikan misi kepada Adam untuk “mengusahakan dan memelihara” bumi (Kej.2:15). Jika dilihat sesuai konteksnya, perintah ini diberikan dalam bingkai gambar dan rupa Allah. Maksudnya, jika kita ingin berfungsi sebagai gambar dan rupa Allah di dalam dunia ini, salah satu aspek yang harus kita hadirkan ialah memelihara bumi ini dengan segala isinya. Dengan demikian, eko-teologi adalah juga bagian dari misi Kristen di mana gereja perlu berperan aktif di dalamnya. Lagipula, seperti yang dikatakan Maltbie D. Babcock, bukankah “This is my Father’s world” (dunia ini adalah dunia Bapa)? Tuhan memberkati (yj).