MENCINTAI WALAU TERLUKA
Hati ini menangis selama pesan mimbar disampaikan Minggu lalu tentang mencintai walau harus terluka. Powerful message yang menggetarkan hati nurani, mengoyak ego dan sekaligus mengingatkan tentang cinta dan luka.
Puteri sulung saya yang bekerja di public hospital setiap hari pulang kerja berbagi 1001 cerita bukan hanya dari setiap pasiennya saja, tapi juga dari keluarga pasien. Saya tidak melihat cerita puteri saya sebagai ‘complain session’, malahan saya mendapat sarat berkat dari sharing-nya itu.
Ada banyak (walau tidak semua) para elderly yang tersia-siakan di rumah sakit. Anak-anak dari kaum elderly sibuk bekerja, sehingga waktu orang tua mereka sudah diijinkan pulang ke rumah dan mereka juga sudah sangat ingin balik ke rumahnya, tetapi anak-anak mereka secara halus menolak dengan berkata: I need my Dad/Mom go for rehab first, please transfer them to nursing home. They are more well taken care there than with us.
Padahal ketika anak saya insisted dan bertanya:“Do you love and care of your Dad/Mom? Mereka dapat menjawab: “Yes!”
Lantas bagaimana dengan para elderly ini? Para elderly adalah mereka yang pernah muda, yang pernah merasakan manis dan pahitnya kehidupan, yang saya yakin mencintai anak-anak mereka tanpa pamrih, yang go-through membesarkan anak-anak mereka sampai menjadi manusia-manusia ‘berhasil’. Ya, para orang tua ini tetap mencintai anak-anaknya walau ada luka di hati, beyond repair wound. Sampai ada beberapa pasien yang akhirnya meninggal di hospital tanpa ada kesempatan untuk pulang lagi ke rumah yang mereka rindukan karena anak-anak mereka tetap menolak membawa mereka balik ke rumah.
Saya marah, sedih dan mengumpat, “Kok teganya ya.” Pada akhirnya saya melihat satu titik lagi yaitu anugerah Tuhan untuk mendoakan mereka, memasukkan nama mereka ke dalam doa pribadi saya, walaupun saya tidak pernah kenal mereka.
Saya juga berdoa semoga putri saya terus dipakai olehNya untuk menyalurkan bukan hanya medical care tetapi kasih Kristus dalam pekerjaan dia; dan pengalamannya telah dan akan menjadi berkat terbesar buat saya pribadi
Ibrani 12:15 mengatakan: “Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.”
Ketika hati kita terluka, maka akan timbul kepahitan. Kepahitan akan menimbulkan kerusuhan dan mencemarkan banyak orang. If you never heal from what hurt you, You’ll bleed on people that didn’t cut you! Mari sembuhkan akar pahit dalam hidup kita dan belajar mengasihi dan menyembuhkan mereka yang terluka. ‘Each of them is Jesus in disguise’ (Mother Teresa) (InGS)