MENDAKI GUNUNG CADAS!
by GPBB ·
MENDAKI GUNUNG CADAS!
He makes my feet like the feet of a deer; he causes me to stand on the heights.
(2Samuel 22:34)
TERPELESET! Sebetulnya tidak masalah jika terjadi di tanah datar dan empuk, tapi lain halnya jika itu terjadi di jalan sempit yang curam berbatu dengan jurang menganga di sebelah sisinya. Mengerikan dan was-was itulah perasaan saya ketika saya pertama kali mendaki gunung Batur di Bali. Untunglah saya tidak sendirian.
Hari itu menjelang penghujung minggu perjalanan dan kegiatan misi GPBB beberapa hari di Trunyan, Bali pada bulan Agustus 2017. Para bapak, ibu dan Pdt. Paulus sepakat untuk menutup rangkaian kegiatan itu dengan mendaki gunung. Subuh pekat, kelam dan dingin, namun semangat berpetualang telah memanggil.
Dengan berbekal tongkat kayu dan dipandu oleh penduduk setempat, mulailah kami meniti jalan cadas mendaki. Beberapa orang, termasuk saya sempat terhenti karena kelelahan dan kurang oksigen. Jelas bukan petualangan yang ringan, apalagi bagi pemula seperti saya. Tetapi langkah perlahan kami terbayar tuntas ketika kami menyentuh puncak gunung dan disambut oleh hangat surya pagi yang merekah di ufuk timur. Udara segar yang berhembus, teh manis hangat, wangi jagung dan singkong rebus yang dinikmati di atas gunung itu.. semuanya hal-hal yang sederhana dan bisa didapat dengan murah. Tetapi di atas gunung itu, semuanya menjadi langka, nikmat, harum; sepertinya bukan karena ada resep khusus tapi karena rasa syukur yang begitu dalam di hati kami atas kebesaran Tuhan dalam alam yang begitu indah, makanan yang bersahaja namun dekat di hati, dan canda tawa kami yang membuktikan kami masih selamat dan aman. Sejenak saya melupakan bahwa saya harus meniti jalan turun setelahnya; dan tanpa saya sadari, itu jauh lebih sulit.
Walau jalan terlihat jelas karena matahari mulai tinggi, itu tidak mempermudah langkah turun karena saya harus berdamai dengan pasir-pasir dan kerikil yang menggelosor ringan ke jurang terjal tiap kali berat badan saya ditahan oleh sepatu licin itu. Jantung kok serasa mau lepas. Tapi untunglah ada Pnt Joze berjalan di depan saya. Badannya yang besar menjadi penahan ketika saya beberapa kali terpeleset.
Yang membuat saya bertanya-tanya ialah dua bapak (Pak Dien dan Pak Febby) berjalan dengan cepat dan ringan di depan kami menelusuri celah-celah cadas dan terjal itu. Yang lebih mengherankan, salah satu dari mereka memainkan lagu dari youtube dan keduanya bernyanyi riang:
Country roads, take me home
To the place I belong
West Virginia, mountain mama
Take me home, country roads
Saya tidak habis pikir kok mereka dapat bernyanyi penuh sukacita di tengah jalan licin turun dan berbatu cadas? Apakah kualitas sepatu? Apakah ada ramuan di teh yang mereka minum di puncak gunung tadi? Rasanya tidak. Perlahan saya mengerti, mendaki dan turun gunung memang bukan sekadar masalah usia, tapi kaki yang terampil, nafas yang terlatih dan tubuh yang terpelihara. Itulah yang Tuhan latih dalam hidup Daud.
Ketika menengok ke belakang, Daud menyadari bahwa bukan kemampuan diri yang membuatnya mampu menghadapi berbagai tantangan hidup dengan ringan, tetapi latihan dari Allah. Ia mengakui, "He makes my feet like the feet of a deer; he causes me to stand on the heights" (34). Berbeda dengan rusa biasa, kambing gunung memiliki kaki yang kuat dan alas kaki yang mampu mencengkeram bebatuan. Mereka dengan ringan dapat berlari, bahkan melompat di lereng-lereng gunung yang terjal. Mereka terlatih dan diperlengkapi untuk medan yang demikian. Kata yang sama digunakan secara spesifik dalam Habakuk 3:19, “The Sovereign Lord is my strength; he makes my feet like the feet of a deer, he enables me to tread on the heights.” Tatkala nilai-nilai dunia menantang untuk melihat sumber ke dalam diri, Daud yang berada di puncak kehidupannya mengingatkan kita: Tuhanlah yang melatihnya; Tuhanlah kekuatannya; Tuhanlah yang membuat 'kaki-kaki' dalam hidupnya kuat dan kokoh untuk berjejak di ketinggian.
Hidup di tanah datar memang menyenangkan. Tetapi ada kalanya Tuhan mengajak kita mendaki lereng cadas; menuruni setapak berpasir. Untuk menyiksa kita? Sama sekali tidak! Semua itu untuk melatih 'kaki-kaki' kita; memelihara kerohanian kita. Hingga saatnya tiba, bersama Dia kita dapat melihat dari ketinggian; sebuah perspektif rohani yang hanya dapat dicapai melalui perjalanan panjang bersama Allah. Ketika Anda bergumul hari ini, ingatlah pesan Daud, "He makes my feet like the feet of a deer; he causes me to stand on the heights." Tuhan memberkati.
Doa: Tuhan lebih sering kami memilih jalan yang datar. Tetapi jika Engkau hari ini membawa kami ke jalan yang terjal, latihlah kami bukan hanya dapat melewatinya dengan baik, tetapi bernyanyi bersama-Mu di sepanjang jalan yang cadas itu (YJ)