MISI TERUNYAN
Sudah sewajarnya umat Tuhan memuliakan nama Tuhan dengan cara menjadi berkat bagi sesama yang membutuhkan. Sayangnya Israel tidak demikian. Pasca perpecahan kerajaan Utara dan Selatan (930 SM), sikap arogansi rohani mendorong Israel merasa superior dari bangsa-bangsa lain. Merasa sebagai anak emas, Israel bahkan menutup mata terhadap kekudusan Tuhan. Mereka hidup dalam dosa dan penyembahan berhala. Moral yang rusak berimbas pada kemerosotan ekonomi, kesejahteraan yang terpuruk dan kehidupan tanpa keadilan bagi masyarakat. Orang saling menindas sesamanya di Israel. Tuhan sudah menegur berkali-kali melalui nabi-nabi-Nya. Israel keras hati. Tuhan akhirnya membuang Israel ke Babel untuk mendidik mereka (587/586 SM). Namun Tuhan tidak meninggalkan Israel. Di tengah pembuangan itu, Tuhan tetap akan menyertai dan memberkati Israel jika mereka mengusahakan kesejahteraan kota di mana mereka dibuang. Di ayat yang ketujuh, Tuhan tidak hanya memerintahkan Israel untuk berdoa tapi mengusahakan! Berdoa itu baik, tapi sia-sia tanpa usaha! Begitu juga sebaliknya. Keduanya harus bersamaan.
Gereja sebagai umat Tuhan seringkali “tenggelam” dalam doa-doa yang rohani, lupa untuk “mengusahakan kesejahteraan kota” di mana Tuhan menempatkan gereja sebagai umat Tuhan. Mengusahakan berarti berbuat sesuatu dengan aktif sebagai karya nyata. Bertindak, berkorban, berkontribusi sehingga menimbulkan dampak yang membawa perbaikan bagi masyarakat sekitar. Sebuah pewujudnyataan Injil yang mentransformasi masyarakat. Inilah yang sedang kita upayakan dalam Misi Pendampingan Terunyan. Kita berdoa dan mengusahakan kesejahteraan tempat ini. Entah seberapa besar dampak dari usaha kita, kita tidak tahu. Tetapi ketekunan yang dikerjakan dengan strategi yang baik dan tepat guna tentunya tidak akan sia-sia. Ini harapan kita bersama.
Seorang anak sekolah dasar mengikuti tur wisata ke sebuah lereng gunung. Di sana ia mendapati seorang bapak tua yang kerjaannya setiap hari bolak-balik, naik turun bukit untuk menyirami tanah yang tandus dengan jerigen air yang dipikulnya. Anak SD itu tidak mengerti mengapa bapak itu mau berlelah-lelah mengerjakan semua itu. Selang 15 tahun, anak ini kembali ikut wisata ke tempat yang sama. Kini ia sudah menjadi mahasiswa. Betapa terkejutnya dia karena tempat itu sudah tidak lagi tandus, tapi hijau dan rimbun. Ternyata bapak tua itu telah menyemai benih dan menyirami setiap hari, setiap bulan, selama bertahun-tahun. Kini usahanya membuahkan hasil yang baik, bukan hanya bagi tempat itu tapi bagi setiap orang yang datang berkunjung. Itu juga harapan kita bagi desa Terunyan ini. Tuhan meminta kita berdoa dan berusaha. Berusaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, tingkat pendidikan yang lebih baik untuk keterbukaan wawasan yang lebih luas, kecakapan dan pemberdayaan untuk pengelolaan sumber daya alam sekitar seperti air dan hasil danau, pengelolaan taman desa dan memajukan usaha masyarakat lokal. Kiranya Tuhan memberkati doa dan usaha kita. Amin!
Tahun ini merupakan tahun prosata misi sebagaimana dicanangkan oleh gereja. Kita dipanggil sebagai satu tubuh untuk melakukan misi Tuhan di bumi ini. Membawa jiwa bagi Kristus. Selamat ulang tahun GPBB. Selamat bertumbuh dalam misi Allah (yj).