NATAL: SELEBRASI ATAU AKSI?
Natal lagi! Dua kata tersebut pengucapannya tergantung dari sikap hati kita; gembira, sedih, bosan atau malah jenuh. Hari ini, kita memasuki Minggu Adven kedua, bagaimana sikap hati kita menyambut Natal? Marilah kita merenung.
Natal telah mendunia dan menjadi milik semua manusia. Jika semua manusia gembira menyambut Natal, itu bukan karena mereka mengerti makna Natal dan mau percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi karena Natal pas jatuh di akhir tahun jadi bisa liburan panjang, jalan-jalan dan melepas kepenatan sepanjang tahun. Bagi shopaholic, Natal adalah saatnya shopping karena banyak sale, obral, diskon dll. Bagi anak-anak, Natal identik dengan dapat hadiah, tamasya, dan baju baru. Bagi pebisnis, Natal identik dengan saatnya meraup keuntungan. Bagi muda-mudi yang sedang kasmaran, Natal identik dengan jalan-jalan dan nginap di hotel dan bercumbu mesra dalam dosa. Bagi penghuni panti asuhan, panti jompo atau penjara, Natal artinya siap-siap dikunjungi banyak gereja dan mendapat banyak sabun, sikat gigi, handuk, selimut, sarung, biskuit, kopi dan gula -saking banyaknya bisa buka warung-. Bagi gereja, Natal identik dengan panitia, drama, kostum, paduan suara, susunan acara, gladi kotor, gladi bersih dan budget sampai ratusan juta rupiah atau ribuan dollar.
Para pembaca yang budiman, jika kita masih diberi kesempatan merayakan natal, marilah kita tekankan sisi kerohaniannya, sisi aksinya. Bukankah Natal adalah saat dimana Allah beraksi datang ke dunia untuk membawa damai sejahtera bagi dunia. Tidak apa-apa tidak selebrasi asalkan kita dapat menyatakan terang Kristus. Natal adalah aksi bukan selebrasi. Dunia menanti aksi orang Kristen bukan selebrasi orang Kristen. Data dibawah ini menanti aksi Natal orang Kristen:
- Bencana kelaparan masih terjadi dimana-mana. Kelaparan adalah bencana yang tidak pernah berakhir. Kelaparan adalah cermin ketidakpedulian antar manusia.
- Bencana alam tsunami di Palu, Lombok, ribuan orang kehilangan tempat tinggal.
- 3 milyard orang di dunia hidup kurang dari US$ 2 per-hari.
- Beaya pembuatan satu peluru kendali dapat memberi makan siang setiap hari selama 5 tahun kepada anak-anak yang kelaparan di sebuah sekolah (http://millionsofmouth.com)
Anda bayangkan jika seluruh biaya selebrasi Natal gereja-gereja di Singapore dan Indonesia dikumpulkan dan digunakan untuk beraksi, maka berapa banyak fasilitas air bersih bisa dibangun di daerah-daerah gersang di Indonesia; berapa banyak sekolah gratis bisa dibangun di daerah pedalaman; berapa banyak anak kurang gizi bisa terbantu; berapa banyak mulut manusia bisa diberi makan; dan berapa banyak pohon bisa ditanam untuk gerakan penghijauan dalam upaya mengurangi efek rumah kaca.
Tuhan Yesus pernah memberi makan 5000 orang dengan 5 roti dan 2 ikan (Markus 6:30-44), kini seharusnya gereja Tuhan di Singapura dan Indonesia bisa memberi makan lebih dari 5000 orang yang kelaparan, kurang gizi, dll. Amat disesalkan gereja-gereja sekarang lebih suka kepada selebrasi ketimbang aksi, lebih hobby membangun gereja super mewah daripada menolong orang miskin super melarat di Indonesia.
Selamat hari Natal; Tinggalkan selebrasi lakukan aksi. Selamat beraksi. (J.Th)