TAK PANDANG BULU
Pada hari peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke71 minggu lalu, rakyat Indonesia mendapat kesempatan untuk menyaksikan perjuangan heroik atlet badminton ganda campuran, Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir pada pertandingan final memperebutkan medali emas di Olimpiade Rio 2016. Medali emas tersebut merupakan satu-satunya medali emas yang diperoleh Indonesia pada olimpiade tahun ini. Saya sendiri menonton pertandingan tersebut secara langsung dan saya merasakan sebuah kebanggaan tersendiri melihat perjuangan Tontowi dan Liliyana yang berjuang sangat keras untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional dan bertepatan dengan hari peringatan kemerdekaan Indonesia.
Ketika saya mengamati Tontowi dan Liliyana saat mereka merayakan kemenangan mereka, saya melihat Liliyana membuat tanda salib dan Tontowi sujud tersungkur di tengah lapangan. Saya pun semakin kagum akan mereka berdua yang bisa bekerja sama dengan baik tanpa memandang agama ataupun ras untuk mencapai sebuah tujuan bersama, dalam hal ini, memberikan Indonesia hadiah terbaik di hari peringatan kemerdekaan Indonesia.
Di tengah banyaknya konflik antar agama yang terjadi di Indonesia dan juga di seluruh dunia, kita semua bisa bersyukur kalau kita masih diberikan sebuah contoh tentang apa yang bisa kita capai ketika kita bekerja sama untuk sebuah tujuan tanpa memandang ras ataupun agama. Sementara itu, ketika saya merefleksikan hal ini lebih lanjut, saya juga teringat akan Tuhan Yesus yang sudah terlebih dahulu memberikan teladan tentang apa artinya melayani tanpa pandang bulu. Dalam pelayananNya selama kurang lebih 3 tahun yang bisa kita lihat melalui kitab-kitab Injil, Tuhan Yesus banyak melayani tanpa melihat status orang-orang tersebut. Di Yohanes 4, misalnya, kita membaca bagaimana Tuhan Yesus tidak sedikitpun ragu untuk mengabarkan Injil kepada perempuan Samaria, atau di Matius 8, dimana Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira Romawi di Kapernaum. Sebagai pengikut Kristus, apakah kita siap untuk mengikuti teladanNya? (JM)