YOHANES PEMBAPTIS: SANG PEMBERITA YANG BERANI Yohanes (1:19-34)
Seorang anak raja umumnya tumbuh besar dengan segala kesadaran dan persiapan untuk melanjutkan kepemimpinan dan kekuasaan ayahnya. Begitu juga dengan anak pengusaha dan anak tokoh-tokoh besar lainnya. Tetapi tidak demikian halnya dengan Yohanes Pembaptis. Sebagai seorang anak dari pasangan imam yang dipandang “benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat” (Luk.1:6), Yohanes Pembaptis memiliki masa depan yang cerah. Ia terbiasa dengan kehidupan moral religius yang saleh sebagai warisan dari ayah dan ibunya, tentunya. Ia juga memiliki akses relasi dengan para imam lainnya, serta kemungkinan yang luas untuk mengembangkan diri dalam area keimaman Yudaisme. Pintu untuk menjadi maksimal dan berpengaruh secara religius dan moral dalam konteks kehidupan Palestina terbuka lebar bagi Yohanes Pembaptis. Ini berarti ia tidak perlu terlalu pusing memikirkan kebutuhan hidupnya. Relasi politik juga dapat dibina dengan baik karena para imam pada waktu itu memiliki pengaruh yang besar terhadap kekuasaan politik setempat. Tetapi Yohanes memilih hidup di padang gurun.
Yohanes pembaptis menyadari dan menerima panggilan hidupnya sebagai “suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya” (Mat.3:3). Tanpa tedeng aling-aling, ia menegur dosa dan berbagai praktik ketidakadilan sosial dalam kehidupan masyarakat pada waktu itu (Mat.3:7-10). Ibarat petani yang menggemburkan tanah dan membersihkan segala akar serabut yang dapat mengganggu pertumbuhan benih tanaman, demikianlah Yohanes Pembaptis bekerja keras ‘menggemburkan’ hati para masyarakat. Ini dilakukannya dengan cara menyadarkan mereka akan kesalahan mereka agar mereka mau bertobat dan dibaptis. Melalui pelayanan Yohanes Pembaptis, Allah menyingkirkan berbagai ‘akar serabut’ dari hati masyarakat pada waktu itu supaya benih firman dari Dia, Sang Putra Natal yang akan datang, yaitu Yesus, dapat dengan mudah berakar dan tumbuh dalam kehidupan mereka.
Natal memang tentang Yesus. Tetapi itu tidak akan lengkap tanpa suara Yohanes Pembaptis yang berani memberitakan kebenaran tentang kedatangan-Nya. Apakah Anda selama ini berlindung dibalik kenyamanan status quo Anda? Maukah Anda meneladani Yohanes Pembaptis yang berani bersaksi tentang Yesus? Atau mungkin Anda menyadari hati Anda masih penuh dengan akar serabut dosa? Maukah Anda datang pada Yesus Kristus dan menerima kasih dan pengampunan-Nya? (yj).