PENGAKUAN DOSA SEBAGAI BAGIAN DARI PERTUMBUHAN ROHANI
Mazmur 32:1-9; 1 Yoh.1:5-10
Pengakuan dosa adalah bagian penting dari liturgi dan kehidupan iman Kristen. Sebagai bagian dari liturgi, pengakuan dosa memberi ruang untuk kita mengalami pengampunan Allah dan menyampaikan damai sejahtera kepada sesama. Sebagai bagian dari kehidupan Kristen, pengakuan dosa merupakan hal yang integral dari pertumbuhan rohani. Ini dikarenakan: pertama, Tuhan Yesus sendiri mengajarkan kita untuk memohon ampun atas kesalahan kita dalam doa Bapa Kami. Ini menyiratkan adanya pengakuan dosa dalam permohonan tersebut; kedua, ini adalah anugerah Tuhan dalam proses pengudusan orang-orang percaya (sanctification). Tuhan telah membenarkan kita di dalam Kristus, namun Ia juga ingin kita senantiasa menanggalkan berbagai dosa yang merintangi pertumbuhan rohani kita; dan ketiga, ini merupakan kebutuhan kita. Dalam pengakuan dosa, kita memperoleh pengampunan Allah.
Pengakuan dosa meliputi tiga aspek dalam kehidupan orang percaya: kognisi, emosi, dan aksi. Pada ayat 5 dari Mazmur 32, ada tiga kata yang penting, “kuberitahukan”, “tidak kusembunyikan”, “mengaku”. Ketiga kata ini menunjukkan bahwa dalam pengakuan dosa harus meliputi aspek pengetahuan. Kita perlu menyebutkan secara spesifik dosa apa yang ingin kita akui dihadapan Tuhan. Aspek emosi ialah rasa penyesalan yang mendalam atas dosa tersebut. Pada ayat 3 dan 4, ada frasa “tulang menjadi lesu” dan “sumsum menjadi kering”. Keduanya menggambarkan betapa pemazmur tertekan oleh karena kesadaran akan dosa-dosanya. Ia begitu meratapi dan menyesalinya. Selain itu, kita datang dengan keyakinan bahwa dalam pengakuan dosa yang tulus, Tuhan tetap menjadi tempat persembunyian kita. Ia tidak akan menolak umat-Nya yang sungguh-sungguh datang kepada-Nya (ay.7). Aspek yang ketiga ialah aksi. Pada ayat 8 dan 9, Tuhan menegur supaya kita tidak seperti kuda atau bagal yang harus dikendalikan dengan tali kekang, melainkan harus memiliki hati yang lembut untuk diajar dan diarahkan oleh Tuhan. Aspek aksi berarti merujuk kepada tekad atau komitmen untuk rela dibentuk oleh Tuhan dan meninggalkan pola kehidupan yang lama. Ketiga aspek ini: kognisi, emosi, dan aksi membentuk sebuah pengakuan dosa yang utuh.
Ketika pengakuan dosa ini dilakukan sebagai bagian dari disiplin rohani, maka pertumbuhan rohani akan terjadi dengan baik. Dosa yang diakui dan ditanggalkan akan Tuhan gantikan dengan buah Roh dan karakter Kristus yang makin nyata dalam kehidupan hari lepas hari. Tetapi ketika pengakuan dosa tidak dilakukan secara disiplin, maka yang terjadi adalah dosa diendapkan sehingga mengeras dalam hati. Dosa yang mengeras akan membuat hati tidak peka terhadap teguran dan didikan Tuhan. Akibatnya, pertumbuhan rohani lambat atau bahkan tidak terjadi. Kita perlu terus mengalami pengakuan dosa ini dalam kehidupan kita setiap hari sehingga kita menerima pengampunan Tuhan dan bertumbuh dalam pengakuan dan sikap saling memaafkan terhadap sesama. Kiranya anugerah Tuhan menolong kita untuk menerapkan pengakuan dosa dalam hidup sehari-hari sehingga kita dapat “hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang”(yj).