MENANTI
(image dari http://www.unionchurch.ph)
Minggu ini kita mulai memasuki masa Adven untuk empat minggu lamanya. Kata ‘Adven’ berasal dari kata adventus dalam bahasa Latin yang berarti kedatangan, dan kata yang digunakan sebagai terjemahan dari kata parousia dalam bahasa Yunani yang merujuk kepada kedatangan Yesus. Dengan kata lain, masa Adven adalah masa dimana umat Kristiani secara khusus diingatkan kembali untuk menantikan kedatangan Kristus untuk memulihkan langit dan bumi dan juga untuk mengingat kedatanganNya sebagai bayi yang lahir di Betlehem kurang lebih dua ribu tahun yang lalu.
Penantian sendiri merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam tradisi Kristiani. Bangsa Israel menantikan pembebasan dari perbudakan di Mesir. Bangsa Israel menantikan kembalinya mereka ke tanah Kanaan dari pembuangan di Babel. Juga ketika Yesus lahir, yaitu masa dimana bangsa Israel menantikan pembebasan dari penjajahan bangsa Romawi dalam wujud datangnya kerajaan Allah. Murid-murid Yesus memiliki ekspektasi yang serupa ketika mereka mengikut Yesus, bahkan setelah Yesus mati dan bangkit pun mereka masih bertanya hal yang sama: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” (Kis 1:6) Penantian yang tak berujung ini pula yang mengakibatkan sebagian pengikut Yesus merasa kecewa (disillusioned) dengan janji kedatangan Kristus ketika mereka menemukan bahwa Yesus tidak datang-datang kembali pula, sampai-sampai mereka ikut mencibir, “Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu?” (2 Pet 3:4)
Mudah, memang, untuk menjadi sinis terhadap janji kedatangan Kristus. Jika sebagian di gereja perdana saja sudah menyerah, apalagi sekarang, dua ribu tahun lamanya setelah kebangkitan Kristus? Karena itu, tidak heran jika sebenarnya secara praktis mungkin ada dari kita yang sudah acuh tidak acuh dengan janji kedatangan Kristus – dan, mengapa masa Adven ini menjadi masa yang krusial bagi umat Kristiani untuk mengingat kembali janji Allah ini. Masa Adven juga adalah momen dimana kita dapat memeriksa kembali hal apa yang sedang kita nanti-nantikan selama ini – apakah itu pekerjaan, pasangan hidup, buah hati, dsb – dan menyerahkan segala penantian itu kepada Allah seturut dengan waktu dan rancanganNya. Karena sesungguhnya “Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian.”(2 Petrus 3:9)
““Ya, Aku datang segera!” Amin, datanglah, Tuhan Yesus!” (Why 22:20) (SH)