BEKERJA ADALAH MAHA KARYA HIDUP KITA
by GPBB ·
Bekerja adalah bagian integral dari kehidupan manusia. Siapapun dia, dimanapun dia, apapun dia, semuanya harus mengeluarkan tenaga dan pikiran untuk memenuhi panggilan Ilahi. Kerja (bekerja) sering diartikan sebagai sesuatu yang besar, penuh paksaan, tidak rela, terkesan berat dan melelahkan. Dalam dunia modern sekarang, kerja diberi istilah lain yang lebih relevan yaitu “berkarya”. Berkarya memiliki arti lebih luas dan lebih religius dibandingkan dengan bekerja (lihat: Kolose 3:23).
Pada saat seseorang hadir di dunia, dia bisa digambarkan seperti layaknya selembar kanvas putih bersih, kosong tanpa coretan, tanpa corak warna. Selama hidupnya, manusia akan mengisi lembar kanvas kosong itu sesuai dengan tujuan hidupnya, talenta, gaya hidup, karakter, iman dan segala perbuatan yang dianggapnya benar. Lingkungan dan beragam faktor lain yang ada di sekitarnya turut memberi warna. Dengan energi, pemikiran, upaya, kecerdasan dan kreatifitas, kita melukis di kanvas hidup kita sebagai “maha karya” hidup kita yang akan dikenang orang setelah kita pensiun atau setelah kita tidak ada.
Berkarya dalam bekerja sebenarnya bukan beragam aktifitas yang sembarangan, bukan pula sekedar sibuk, namun lebih sebuah upaya terus menerus mencari tujuan hidup, dan penyempurnaan arti hidup agar hidup ini menjadi bernilai tinggi, multi guna, bermanfaat bagi sesama dan lebih berkenan di hadapan Tuhan.
Dalam refleksi kehidupan masing-masing, kitalah yang menentukan lukisan seperti apa yang kita mau lukis di atas `kanvas kehidupan` itu melalui bekerja. Apakah `lukisan` kita bernlai tinggi atau tidak bernilai apa-apa. Apakah `lukisan` kita enak dinikmati oleh orang lain atau dibuang alias tidak laku dijual. Warna apapun `lukisan` hidup kita akan menggambarkan hati, karakter dan kehidupan kita yang sesungguhnya. Kelak pada akhir jaman, Tuhan juga akan menilai `lukisan` hidup kita itu. Oleh sebab itu jangan sembarangan melukis hidup kita.
2 Korintus 3:2-3 berbunyi, “Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Karena telah ternyata bahwa kamu adalah surat Kristus yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.“ Ayat itu bisa kita umpamakan sebagai lukisan yang dilukis di hidup kita dan dipuji oleh semua orang yang melihatnya.
Apakah dengan bekerja kita menemukan tujuan dan arti hidup? Apakah dalam bekerja kita memberikan dampak positif kepada semua orang? Apakah hidup kita semakin bernilai tinggi? Pada akhirnya apakah kerja dan karya kita sebuah lukisan yang indah? Mari, lukislah hidup kita dengan lukisan yang indah dan dipuji oleh semua orang yang melihatnya. (J.Th)