BERBAGI
“segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama”
(Kisah Para Rasul 4:32b)
Memang indah ketika merenungkan kembali cara hidup jemaat mula-mula sebagaimana disaksikan oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul. Dalam hal berbagi, narasi ini (Kis.4:32-5:2) berbicara paling tidak tentang dua teladan: teladan positif dan teladan negatif.
Orang-orang percaya yang pertama secara positif hidup bersama dalam kasih dan kesatuan (Kis.2:44a). Mereka adalah orang-orang Yahudi diaspora yang tersebar di berbagai tempat dan berkumpul di Yerusalem sejak Paskah sampai kepada hari Pentakosta. Kuasa Roh Kudus bekerja bukan hanya dalam diri Petrus, tetapi juga dalam diri para diaspora ini. Mereka datang sebagai orang-orang religius yang melakukan ritus, namun di hari Pentakosta itu mereka diubahkan menjadi murid yang hidup di dalam Kristus dan firman-Nya. Menariknya, diaspora ini terdiri dari tidak kurang 16 kelompok orang yang berbeda (Kis.2:8-11). Mereka memiliki banyak perbedaan: bahasa, kampung halaman, latar belakang, bahkan kebudayaan. Selain itu, karena mereka adalah pendatang, umumnya banyak di antara mereka adalah orang-orang yang sederhana. Sekalipun mereka berbeda dalam banyak hal, mereka diikat oleh kasih Kristus yang menyatukan. Inilah yang membuat mereka hidup dalam kasih yang berbagi. Kehidupan yang demikian memiliki dampak yang luar biasa. Dua hal yang kentara ialah pertama, kesaksian yang diberkati. Kesaksian mereka memiliki kuasa yang besar (ay.33a). Ini disebabkan karena kesaksian mereka lahir bukan sekadar dari pengetahuan atau kata-kata, tetapi dari kehidupan yang nyata. Kedua, hidup yang diberkati. Hidup para murid mula-mula adalah kehidupan yang berlimpah dalam kasih karunia (ay.33b). Bahkan Alkitab menegaskan: “Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka” (ay.34a). Kehidupan berbagi dalam kasih Kristus yang tulus bukan hanya membuat kesaksian mereka diberkati, tetapi juga kehidupan mereka menjadi berkat! Ini teladan gereja mula-mula yang patut untuk terus kita pelihara. Sayangnya, hal ini tidak diikuti dengan baik oleh Ananias dan Safira (Kis.5:1-11). Mereka terlihat baik dan ingin berbagi tetapi tidak dengan ketulusan dan kesungguhan, melainkan dengan setengah hati, kepura-puraan dan kebohongan. Petrus dengan wibawa ilahi menegur tindakan mereka bahwa mereka “bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah” (Kis.5:4). Ini adalah teladan negatif yang sepatutnya kita singkirkan dari kehidupan berjemaat. Firman Tuhan dengan jelas menegaskan kepada kita: “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima” (Kis.20:35b).
Banyak orang dalam gereja mengaku bahwa mereka adalah murid Kristus, tetapi sedikit sekali yang sungguh-sungguh mau hidup berbagi. Padahal, jika kita membaca teladan hidup jemaat mula-mula, hidup dalam kasih yang berbagi adalah salah satu ciri otentik murid Kristus. Apakah Anda juga berbagi dengan orang percaya lainnya? Berbagi dalam hal materi bagi yang membutuhkan; berbagi waktu dalam hal mendoakan dan menguatkan; berbagi tempat duduk bagi mereka yang datang terlambat atau mengalami kelemahan tubuh; berbagi ruang dalam hati dan rumah Anda bagi mereka yang terlantar; berbagi kasih dan pengampunan bagi mereka yang melakukan kesalahan. Keunikan dari berbagi ialah ketika Anda memberi, Anda tidak akan kekurangan (Kis.5:34a). Sebaliknya, ketika Anda menahan, Anda akan kehilangan (Kis.5:2). Kiranya Tuhan menolong kita bertumbuh dalam kasih yang berbagi sehingga kesaksian hidup kita tidak sia-sia. Tuhan memberkati (yj).