EVALUASI 360 DERAJAT
by GPBB ·
EVALUASI 360 DERAJAT
Dalam dunia kerja pada umumnya yang mengevaluasi kinerja seseorang adalah atasannya. Tetapi untuk lebih komprehensif dan dengan tujuan mengembangkan sumber daya manusia dan membangun tim kerja ada cara lain yang sering kali disebut evaluasi 360 derajat. Hal ini dilakukan dengan cara evaluasi dilakukan oleh diri sendiri, atasan, bawahan dan rekan kerja. Inilah mengapa disebut 360 derajat, dari semua yang terkait kinerja seseorang. Model ini mendorong juga menilai diri sendiri secara obyektif.
Orang Kristen perlu juga dinilai kekristenannya. Tujuannya untuk mengevaluasi pertumbuhan dari waktu ke waktu. Dalam konteks inilah maka model evaluasi semacam evaluasi 360 derajat bisa dipertimbangkan untuk diterapkan. Khususnya dalam konteks kelompok kecil (pemuridan). Rekan-rekan dalam kelompok dapat menjadi pemberi masukkan untuk diri kita, menjadi kelompok akuntabilitas. Dalam berjalan bersama belajar menjadi murid Kristus seseorang dan rekan-rekan dalam kelompoknya saling menjaga, saling memperhatikan dan saling mendukung agar setiap orang dalam kelompok mengalami pertumbuhan. Saling cerita pergumulan dan kemenangan membuat seseorang tidak sendirian dalam bergumul dan bisa terinspirasi oleh kemenangan iman dari yang lain. Keluarga juga bisa menjadi kelompok akuntabilitas karena biasanya dalam keluarga lebih sulit menggunakan topeng karena keseharian bersama-sama.
Tetapi usaha manusia mengevaluasi dan memantau orang lain dengan model 360 derajat dan kelompok akuntabilitas dalam kelompok kecil (pemuridan) tetap ada batasnya. Seseorang bisa bekerja baik tetapi karakter tidak bertumbuh, seseorang bisa melaksanakan disiplin rohani, tanpa benar-benar mengalami Tuhan dan transformasi. Bahkan dalam konteks keluarga, seseorang bisa memenuhi kebutuhan keluarga tetapi mempunyai pria/wanita lain di luar rumah. Untuk itu perlu diingat bahwa kita mungkin dapat menggunakan topeng dan hidup tidak transparan dan terlihat baik di perusahaan, gereja atau keluarga, tetapi Tuhan yang maha tahu, mengenal persis siapa diri kita dan apa yang kita kerjakan. Dan pada akhirnya Tuhanlah yang akan menjadi pengevaluasi utama hidup kita. Mari perhatikan ayat berikut: “Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu (Wahyu 20:12). Karena itu marilah melaksanakan nasihat ini: “Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan. Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya. (Kolose 3:22-24). Selamat mengevaluasi diri dan bertumbuh dalam keluarga, kerjaan dan kerohanian! (djh)