PALUNGAN: SIMBOL PROVIDENSIA ILAHI
“Siapa yang taat, dia akan mendapat berkat.” Kira-kira begitu formula yang seringkali kita dengar dari khotbah mimbar atau pun pesan-pesan rohani yang disampaikan lewat pengajaran firman Tuhan. Ini adalah formula yang tepat. Tetapi seringkali, orang memaknai berkat sebagai kehidupan yang aman, nyaman dan tanpa masalah. Ini membuat banyak orang Kristen berpikir, jika taat kepada Tuhan, hidupnya bebas masalah. Ternyata tidak! Malah sebaliknya, hidup taat menantang masalah. Ini yang terjadi dengan Yusuf dan Maria pada peristiwa Natal pertama.
Ketaatan Yusuf untuk memperisteri Maria membuat mereka harus menghadapi masalah demi masalah: Bayi Yesus lahir di palungan “Karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan” (Luk.2:7), mereka harus meninggalkan Betlehem dan menyingkir ke Mesir untuk menjaga keselamatan diri dari sikap brutal raja Herodes (Mat.2:13-14), bahkan Simeon yang saleh itu mengingatkan Maria bahwa “suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri” (Luk.2:35). Artinya, Maria akan mengalami kepedihan demi kepedihan demi menanggung kasih karunia Allah dalam diri Putera Ilahi ini, Yesus Kristus. Dan ia menjalani penderitaan ini bahkan sampai menyaksikan Putera yang dikasihinya meregang nyawa di atas kayu salib. Ketaatan tidak pernah mudah, tetapi ketaatan selalu indah dan manis di hati Allah dan di hati setiap orang yang mengasihi-Nya. Bagi tiap anak-anak-Nya yang taat, Allah menyediakan pemeliharaan dan bekat-Nya bagi mereka.
Siapa yang menyangka bahwa palungan, tempat makan binatang yang amat rendah itu menjadi sarana yang Allah sediakan untuk menampung tubuh mungil dan kudus bayi Yesus, Pribadi Kedua Allah Tritunggal, Firman Yang Menjadi Manusia, Pencipta langit dan bumi. Siapa yang menduga bahwa Mesir yang seringkali dianggap sebagai simbol belenggu perbudakan dosa menjadi sarana Allah memelihara dan melindungi keluarga kudus ini. Hal ini tidak berarti bahwa Allah mengizinkan dosa dilakukan demi tujuan-Nya tercapai. Sebaliknya, di dalam hikmat-Nya, Allah menyediakan komunitas (support group) bagi keluarga baru ini (Yusuf, Maria dan bayi Yesus) di Mesir. Studi arkeologi dan sejarah menunjukkan bahwa pada masa kelahiran Yesus, komunitas Yahudi yang takut akan Tuhan banyak berdiam di Mesir. Selain itu, peristiwa mereka kembali dari Mesir ke Nazaret menggenapi nubuat firman Tuhan “dari Mesir Kupanggil Anak-Ku” (Hosea 11:1). Tanpa mereka sadari, peristiwa ketaatan Yusuf dan Maria ternyata menggenapi jati diri Kristus sebagai Israel Sejati yang dipanggil oleh Yahweh keluar dari Mesir. Melalui ketaatan mereka, kehendak Allah tergenapi.
Benarlah perkaatan itu: “Siapa taat, dia akan mendapat berkat.” Maksudnya, Tuhan berkenan atas hidupnya dan akan menyertai selamanya. Walau taat tidak mudah, lihatlah bahwa Allah selalu menyediakan providensia (pemeliharaan)-Nya bagi tiap anak-Nya. Palungan dan komunitas di Mesir bagi keluarga Yusuf; pertolongan, penyertaan, campur tangan dan berkat-Nya bagi setiap kita (yj).