HEATWAVE
by GPBB · Published · Updated
Surat kabar Inggris, BBC merilis berita pemanasan global pada tanggal 20 July 2022 dengan tajuk, “Heatwave: Fire blaze after UK passes 40C for first time.” Jasmine Andersson dan Doug Faulkner melaporkan bahwa angka ini melampaui suhu rata-rata tertinggi di 2019, yaitu 38.7C. Tidak ayal lagi, kobaran api menyambar di beberapa wilayah di bagian barat London. UK tidak sendirian dalam hal ini. Eropa dan sekitarnya juga mengalami pergumulan yang sama. Begitu juga dengan beberapa negara di Asia, misalnya India dan Pakistan dengan suhu di atas 45C dan Tokyo, Jepang dengan suhu di atas 40.2C. Sebuah fenomena global krisis iklim yang berdampak pada pemanasan global.
Bagaimana dengan Singapore? Menurut pengamatan Assistant Professor Wang Jingyu dari National Institute of Education, kecil kemungkinan bagi Singapore mengalami gelombang panas yang mematikan. “Located in the equal region, Singapore is less vulnerable to the warming climate caused by large-scale, high-pressure systems such as those over Europe and East-Asia,” demikian pengamatan Professor Wang. Beliau melanjutkan bahwa walaupun kecil kemungkinan Singapore mengalami gelombang panas saat ini, tidak menutup kemungkinan bahwa pada tahun-tahun mendatang Singapore akan mengalami hal yang sama yang diakibatkan pemanasan global (“S’pore Can Expect Frequent Heatwaves in Coming Years: Experts,” The Straits Times 20 July 2022). Lantas, apa hubungan antara pemanasan global dengan tema ibadah kita hari ini, yaitu pembangunan Tabernakel?
Dalam teologi kitab Keluaran, tabernakel adalah lambang kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya. Allah membentangkan kemah-Nya di tengah umat kesayangan-Nya. Dalam perjanjian Baru, ‘kemah’ ini dibentangkan dalam wujud Tuhan Yesus yang datang menjelma menjadi manusia dan diam (Yunani: membentangkan kemah [Yoh.1:14]) di antara kita. Kemudian, kehadiran Allah ini dinyatakan melalui kehadiran Roh Kudus di dalam gereja, yaitu kehidupan setiap umat. Dalam apokalipse, kemah kehadiran Allah ini dinyatakan dalam kesempurnaan kehadiran-Nya pada langit dan bumi yang baru (Wahyu 21-22).
Dalam terang krisis iklim dan pemanasan global, kemah Allah (yang terwujud dalam kehadiran umat), harus memberi dampak sejahtera (Shalom) bagi ciptaan. Allah meletakkan umat di dunia bukan untuk mengeksploitasinya atau mengabaikannya, melainkan memeliharanya dengan baik untuk kemuliaan nama-Nya dan membawa shalom bagi sesama manusia dan seisi ciptaan.
Dalam konteks pembangunan tabernakel ini, mari kita sebagai umat Allah kembali membangun tabernakel Allah dalam hidup kita dengan cara mengevaluasi sikap dan cara hidup dalam memperlakukan alam ini. Hikmat dan bijaksana dalam menggunakan dan mengelola sumber daya yang ada dalam kehidupan sehari-hari juga merupakan cerminan tanggung jawab Kristen dalam eko-teologi, meninggikan Allah dengan merawat alam ciptaan-Nya. Di tengah kehadiran tabernakel Allah dalam hidup kita, mari hadirkan shalom yang nyata bagi sesama, dan bagi alam semesata (yj).
Image edited by IY