Informasi dan Noise
“Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikan kepadanya.” (Yak 1:5)
Dunia yang kita hidupi sekarang sarat dengan informasi. Informasi tentang topik apapun dapat dengan mudah kita dapatkan, hanya sejauh beberapa klik saja. Namun kekayaan informasi ini tidak menjamin bahwa kita otomatis menjadi pribadi yang lebih bijak. Membludaknya informasi juga dibarengi dengan melipatgandanya noise yang sebenarnya tidak penting dan tidak relevan bagi kita. Masalahnya adalah terkadang sulit untuk membedakan antara mana informasi yang benar dan mana yang sebenarnya hanya noise semata, mana yang gandum dan mana yang sebenarnya hanya ilalang, mana yang mutiara dan mana yang sampah.
Hal ini dapat kita lihat dalam pemberitaan pemilihan umum Presiden Indonesia 2014 yang baru saja lewat. Ada begitu banyak berita yang simpang siur, baik itu lewat media tradisional maupun media sosial. Celakanya adalah tidak semua berita ini benar adanya. Banyak ‘berita’ yang sebenarnya menyesatkan dan dibuat-buat. Dan, bisa jadi kita kurang bijak dalam menyikapi berita-berita seperti ini. Kita tidak mengecek lagi kebenaran dari berita tersebut sebelum kita ikut menyebarkannya. Yang terjadi adalah kita malah ikut menyebarkan fitnah.
Jemaat sekalian, mulai minggu ini kita akan sama-sama belajar dari kitab Yakobus, yang banyak dianggap sebagai literatur hikmat. Di kitab ini, sang penulis menjawab berbagaiisu yang sedang dialami oleh jemaat saat itu dengan memberikan petunjuk-petunjuk praktis untuk menghadapi isu-isu ini. Tentunya, situasi yang dihadapi oleh jemaat saat itu berbeda dengan konteks kita saat ini. Namun, marilah kita tetap meyakini bahwa Allah yang memberikan hikmat kepada jemaat yang menerima surat Yakobus ini adalah Allah yang sama yang juga akan memberikan hikmatNya bagi kita yang hidup di era sarat informasi ini. Terpujilah Allah! (SH)