KETAATAN YUSUF DAN MARIA
by GPBB ·
KETAATAN YUSUF DAN MARIA
Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
(Matius 1:24; Lukas 1:38)
Petikan dari kedua ayat yang membuka kedua Injil di atas dalam narasi kelahiran Yesus menggambarkan bagaimana kedua pasang suami-istri ini ialah orangtua yang taat di dalam Tuhan. Yusuf dan Maria bukan manusia yang sempurna. Mereka hanya manusia biasa, sederhana, bersahaja dalam hidupnya. Bisa dipastikan keduanya tidak memiliki latarbelakang pendidikan akademis yang tinggi. Menimbang dari latarbelakang pekerjaan Yusuf sebagai seorang tukang kayu, dapat disimpulkan ia sendiri bukan seorang laki-laki Yahudi yang terpelajar secara terhormat, seperti Paulus misalnya. Latarbelakang kota di mana mereka berasal, Betlehem yang kecil, memberi indikasi bahwa mereka tidak terlalu terekspos secara lingkungan sosial, kebudayaan dan pengetahuan yang luas. Betlehem ibarat desa atau kampung kecil di propinsi Yudea pada waktu itu. Kehidupan yang serba sederhana.
Lantas apa yang membuat Allah memilih mereka menjadi saluran berkat yang begitu luar biasa bagi umat manusia? Jawabannya terletak pada hati mereka. Sekalipun mereka sederhana, Yusuf dan Maria memiliki hati yang taat dan mengasihi Tuhan. Mereka peka dan tunduk pada apa yang menjadi rencana dan kerinduan hati Tuhan dalam hidup mereka bagi banyak orang. Betapa teladan yang luar biasa!
Tetapi Yusuf dan Maria tidak hidup di abad modern, di mana internet merajalela dengan bebas, media sosial menjadi pentas aksi kehidupan kosmetik sosial dan anak-anak dengan mudahnya dimuridkan oleh nilai-nilai dunia sejak buka mata sampai tutup mata kembali. Yusuf dan Maria tidak mengalami tekanan kerja di Singapura yang mencekik leher atau persaingan yang dimulai sejak anak-anak masih balita. Dalam konteks yang modern ini, mungkinkah kita tetap bisa memiliki hati yang taat kepada Allah seperti Yusuf dan Maria? Tentu saja bisa!
Allah yang sama masih tetap berkarya sampai pada hari ini. Ia memanggil dan berkenan kepada para orangtua yang takut akan Tuhan, orangtua yang taat dan mengasihi-Nya lebih dari segalanya. Orangtua yang selalu membawa anak-anak mereka kepada pengenalan akan Tuhan. Allah memberkati dan memberi kekuatan kepada mereka yang mencari dan melayani Dia dengan sepenuh hati. Tentu saja pendidikan sangat dibutuhkan, keuangan penting, kerja dan pencapaian sosial berpengaruh. Tetapi di atas semuanya itu, Allah mencari dan memperhatikan hati yang taat kepada-Nya. Masihkah hati itu ada di dalam hati kita? Tuhan memberkati (yj).