KETIKA SINGAPURA BERDUKA
by GPBB ·
KETIKA SINGAPURA BERDUKA
Baru-baru ini, Singapura dikejutkan oleh berita dukacita disebabkan kejadian tragis yang menimpa siswa Secondary 1 di River Valley High School. Korban pembunuhan masih berusia 13 tahun sementara pelaku adalah siswa Secondary 4 berusia 16 tahun. Tragedi ini mengejutkan banyak pihak: siswa, guru, orangtua, dan masyarakat. Tidak terbayangkan kepedihan yang diderita oleh keluarga korban, begitu juga awan kesedihan yang menaungi para guru, murid dan orangtua sekolah setempat. Kematian memang selalu menyisakan luka dan duka yang mendalam, apalagi ketika korban yang ‘pergi lebih dulu’ relatif masih sangat muda. Kematian juga membawa misteri bagi keluarga dan komunitas setempat. Seringkali banyak pertanyaan tidak terjawab di seputar kematian: Mengapa harus dia yang jadi korban? Mengapa begitu tega? Apakah Tuhan tidak mampu turut campur tangan menjaga dan meluputkannya dari bahaya? Dan sejumlah pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Di dalam pelayanan-Nya di dunia, Tuhan Yesus juga pernah dihadang dengan kalimat dukacita di seputar kematian: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” (Yoh. 11:21, 32b). Yesus yang penuh kasih ialah Tuhan yang berduka bersama dengan orang-orang yang kehilangan. Alkitab mencatat: “Maka menangislah Yesus.” (ay.35). Yesus mengerti arti kehilangan dan kepedihan karena kematian. Tetapi Yesus juga memberikan pengharapan di tengah kehilangan: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.” (ay.25). Kemudian Yesus membangkitkan Lazarus. Betapa indahnya jika Ia juga melakukan hal yang sama dengan para korban dari keluarga yang berduka. Tetapi pengharapan kita tertuju pada kebangkitan eskatologis pada hari kedatangan-Nya yang kedua.
Dalam masa antara ini, kita masih harus berdamai dengan duka dan kehilangan. Di tengah suasana duka, kita bersyukur karena Allah hadir melalui Roh Kudus yang menghiburkan dan menguatkan kita akan janji Allah. Allah juga menguatkan keluarga yang berduka melalui gereja-Nya yang mewujud dalam diri orang percaya yang saling mengasihi. Selain itu, sarana pertolongan melalui tim yang diperlengkapi di bidangnya seperti konselor dan terapis akan sangat bermanfaat dalam situasi ini.
Bagi kita para orangtua, ketika anak-anak kita sudah mulai mengerti, ini adalah momen yang tepat untuk mendiskusikan dengan mereka tentang kehidupan, dosa, kematian dan pengharapan kekal di dalam Tuhan Yesus. Selain itu, mereka juga perlu mendapatkan ruang untuk mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan mereka dan mendapatkan jawaban dan kasih kita yang memadai.
Di tengah suasana duka ini, biarlah kita tetap dapat berkata: “Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.” (2Kor.1:3-4). Tuhan kiranya terus menghiburkan kita sehingga kita dapat menghiburkan sesama (yj).