Menanti
by GPBB ·
Menanti
Minggu ini kita memasuki Minggu I Adven. Masa Adven adalah masa penantian, dimana kita mengingat bagaimana umat Israel menantikan datangnya Mesias untuk menyelamatkan mereka dari dosa (Mat 1:21) dan dimana kita sendiri menantikan datangnya kembali Tuhan Yesus untuk menjadikan langit dan bumi yang baru (Why 21-22).
Tahun ini perasaan menanti tersebut akan terasa lebih kuat dari biasanya. Walaupun sudah ada ibadah on site, sebagian besar dari kita masih belum bisa kembali bergabung dengan ibadah ini. Dan ibadah on site pun masih penuh dengan berbagai pembatasan. Kita semua masih menantikan waktu di mana kita semua dapat berkumpul kembali untuk beribadah bersama-sama secara fisik kepada Tuhan seperti sedia dulu kala.
Apa yang kita lakukan dalam masa penantian ini pada dasarnya adalah membatasi sedikit kebebasan pribadi dan mengorbankan kepentingan jangka pendek kita, dengan keyakinan bahwa justru dengan membatasi sedikit kebebasan pribadilah kita dapat melindungi satu sama lain, dan dengan pengharapan bahwa justru dengan berkorban untuk sedikit waktulah maka kepentingan seluruh warga akan terlindungi untuk waktu yang lebih lama. Sebaliknya, seperti yang kita lihat di Eropa dan Amerika Serikat, ketidakmampuan untuk mengerti paradoks inilah menjadikan banyak orang memilih untuk mengutamakan kebebasan pribadi dan kepentingan jangka pendek mereka namun pada akhirnya malah berakibat pada korban jiwa yang besar dan lockdown yang berkepanjangan.
Atau, seperti yang ditulis oleh Paus Fransiskus dalam buku terbarunya, “Let Us Dream: The Path to a Better Future”:
“Untuk keluar dari krisis ini dengan lebih baik, kita harus memulihkan pengetahuan bahwa sebagai manusia kita memiliki tujuan bersama. Pandemi telah mengingatkan kita bahwa tidak ada yang diselamatkan sendirian. Yang mengikat kita satu sama lain adalah apa yang biasa kita sebut solidaritas. Solidaritas lebih dari sekadar tindakan kemurahan hati; ini adalah panggilan untuk merangkul kenyataan bahwa kita semua diikat dalam ketergantungan satu sama lain. Di atas fondasi yang kokoh ini kita dapat membangun masa depan manusia yang lebih baik dan berbeda.” (Paus Fransiskus)
(SH)