Pertanyaan tentang mengikut Kristus dan anugerah keselamatan
by ADMIN ·
image dari thomasvaidyan.wordpress.com
Pertanyaan:
Saya mau menanyakan mengenai "paradoks" antara harga untuk menjadi pengikut kristus yang diajarkan Tuhan Yesus sendiri vs keselamatan adalah anugerah (tidak ada yang bisa dilakukan untuk deserve keselamatan itu).
Di dalam surat-surat Paulus, Paulus mengajarkan bahwa keselamatan itu tidak bisa diperoleh melalui perbuatan baik. Tidak ada perbuatan baik apapun yang bisa dilakukan oleh seseorang untuk earn God's acceptance. Tidak ada seorangpun yang layak diselamatkan karena apa yang ada dalam dirinya dan perbuatan baiknya.
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
Efesus 2:8-9 TB
pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus
Titus 3:5 TB
Tetapi di sisi lain, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa ada harga yang harus dibayar untuk menjadi pengikutNya, dan sebelum memutuskan untuk menjadi pengikut Tuhan Yesus, orang tersebut diajarkan untuk menghitung2 dulu apa orang tersebut bersedia memberikan komitment agar jangan mundur di tengah jalan.
Alkitab TB memberikan judul "Segala sesuatu harus dilepaskan untuk mengikut Tuhan Yesus" di perikop Lukas 14:25, dan Alkitab NIV memberikan judul "The Cost of Being a Disciple". Segala sesuatu harus dilepaskan untuk mengikut Tuhan Yesus
Lukas 14
25 Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Tuhan Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka:
26 ”Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
27 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
28 Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?
29 Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia,
30 sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.
...
33 Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.
dan
Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.
Matius 10:37 TB
Komitment / harga (yang harus dibayar) untuk layak menjadi murid Tuhan Yesus adalah sangat extreme yaitu
* orang tersebut harus lebih mencintai Tuhan Yesus daripada keluarganya
* orang tersebut tidak boleh mencintai dirinya & bahkan nyawanya dibandingkan Tuhan Yesus
* orang tersebut harus bersedia memikul salib termasuk apabila dia akan kehilangan nyawanya untuk Kristus
* secara ringkas, seperti yang diberikan oleh LAI, "Segala sesuatu harus dilepaskan untuk mengikut Tuhan Yesus"
Ketidakmampuan untuk melakukan komitment itu berarti orang tersebut, seperti yang Tuhan Yesus sebutkan adalah "tidak dapat menjadi murid-Ku" (Lukas 14:33) dan "ia tidak layak bagi-Ku" (Matius 10:37).
Yang saya mau tanyakan adalah:
1. Apakah ajaran Tuhan Yesus yang tertulis di dalam Alkitab mengenai harga menjadi murid adalah literal? Karena kalau literal, kalau jujur, banyak atau malah sangat banyak yang tidak sanggup memenuhi komitment yang sangat extreme (mungkin termasuk saya sendiri).
2. Bagaimana mengartikan ajaran Paulus mengenai anugrah dan ajaran Tuhan Yesus mengenai harga yang sangat tinggi menjadi murid Tuhan Yesus, yang sepertinya bertentangan satu sama lain?
3. Tuhan Yesus mengatakan bahwa kuk yang Dia berikan kepada pengikutnya adalah ringan, sedangkan syarat menjadi murid Yesus kedengarannya sangat teramat berat.
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.” Matius 11:29-30 TB
Bagaimana memahami hal ini yang juga sepertinya adalah paradox?
4. Apakah mereka yang tidak bersedia atau gagal membayar harga komitment yang disebutkan Tuhan Yesus, tapi "percaya" kepada Yesus, tidak bisa mendapatkan keselamatan/hidup yang kekal?
Terimakasih.
Jawaban:
1. Matius 10:34-42 berbicara tentang harga yang harus dibayar untuk menjadi murid Kristus. Apakah teks ini adalah literal? Ya dan tidak. Ya, karena isinya tidak memuat simbol tertentu dan pemaknaannya sederhana; tidak, karena makna kemuridan yang dimaksud oleh Tuhan Yesus tidak diartikan kata per kata atau ayat per ayat dalam bagian ini. Sebenarnya, secara sederhana, Tuhan Yesus ingin mengajarkan bahwa jika kita ingin menjadi murid-Nya, maka Ia ingin kita mengasihi-Nya lebih dari segala sesuatu (lebih dari anggota keluarganya, bahkan lebih dari pada mengasihi driinya sendiri dan nyawanya). Menjadi murid Kristus berarti menyerahkan hati kita kepada Kristus.
Apakah itu berarti Kristus meminta kita mengabaikan bahkan membenci keluarga dan diri sendiri? Tidak! Karena mengasihi keluarga adalah wujud kesaksian iman yang nyata dan mengasihi diri merupakan bagian dari hukum yang terutama. Jika demikian, apa yang sebenarnya yang Tuhan Yesus ingin ajarkan dalam bagian ini?
Tuhan mau mengajarkan kepada kita bahwa menjadi murid bukan sekedar ikut-ikutan. Itu sebabnya di dalam Lukas 14:25-33, Tuhan Yesus mengibaratkan hal ini dengan menghitung segalanya terlebih dulu. Menghitung atau menimbang berarti mengindikasikan keseriusan. Mengapa? Sebab menjadi murid adalah totalitas kehidupan, setiap hari, setiap saat memprioritaskan Kristus di atas segala-galanya. Kasih seorang murid yang utama ialah kepada Kristus. Ini poin yang ingin Tuhan Yesus ajarkan.
Tentu saja dengan kekuatan sendiri kita pasti tidak sanggup melakukannya. Itu sebabnya, Yesus mengaruniakan Roh Kudus kepada murid-murid-Nya agar kita dimampukan menjalani kehidupan kemuridan dan mampu bersaksi dalam hidup kita. Pemuridan yang sejati tidak didasarkan pada kekuatan sendiri, melainkan pada kasih karunia Tuhan yang bukan hanya menyelamatkan, tetapi juga menopang dan menyempurnakan perjalanan kemuridan kita.
2. Saya sudah singgung sedikit tentang hal ini pada jawaban nomor 1. Jika dihubungkan dengan ajaran Paulus, maka semuanya akan lebih jelas dan singkron. Keselamatan itu selalu bersifat anugerah sepenuhnya karya Allah, tetapi pertumbuhan itu ialah sepenuhnya karya bersama antara Allah dan sang murid.
3. Matius 11:29-30 merupakan kalimat yang indah dari mulut Sang Juruselamat. Kuk yang dimaksud dalam bahasa aslinya merujuk kepada hukum atau aturan-aturan hukum. Dalam konteks pembaca pertama pada waktu itu, orang Yahudi sangat mengerti apa yang dimaksud dengan kuk, karena hidup mereka tertekan oleh kuk yang berupa hukum dan peraturan-peraturan Taurat yang diuraikan oleh orang Farisi. Ada 613 butir penguraian Taurat yang menjadi hukum dan dibebankan atas kehidupan orang Yahudi. Ini disebut sebagai Mitzvot dan menjadi kuk.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa menjadi murid-Nya ialah memikul kuk yang Ia pasangkan. Apa artinya? Artinya, kita diminta hidup seturut hukum-hukumnya, yaitu hukum kasih karunia, bukan mitzvot yang bersifat legalis. Tuhan Yesus mengatakan bahwa kuk yang Ia pasangkan, yaitu hukum kasih karunia, itu bersifat ringat. Mengapa? Karena sebenarnya kuk itu sendiri sudah dipikul oleh Tuhan Yesus di atas kayu salib. Ia menanggung sepenuhnya untuk kita. Gambaran yang digunakan dalam bagian ini ialah seperti sepasang sapi pembajak ladang. Kedua sapi itu harus dikenakan kuk supaya mereka dapat berjalan beriringan, searah.
Yesus ingin kita memikul kuk itu, bukan sendirian, melainkan bersama Dia. Memikul kuk yang Ia pasangkan berarti (seperti sepasang sapi tadi) hidup dan berjalan seturut degan segala kehendak dan hukum-hukum-Nya, sehingga lama kelamaan kita akan makin serupa dengan Sang Kristus. Undangan memikul kuk dari Tuhan Yesus sebenarnya adalah undangan untuk menjadi makin serupa dengan diri-Nya, dibentuk seturut gambar-Nya.
Apakah hal ini mudah? Tentu saja tidak! Apalagi jika kita mengandalkan kekuatan sendiri, hal ini sudah jelas mustahil. Tetapi tidak ada yang mustahil bagi Allah. Jika kita berjalan dalam kasih karunia-Nya, yaitu di dalam kuk-Nya, maka kuk pemuridan itu (seperti yang Tuhan Yesus katakan) akan terasa enak dan bebannya pun ringan. Kasih karunia demi kasih karunia Ia berikan kepada kita.
4. Tidak. Mereka yang tidak menjadapatkan hidup yang kekal ialah mereka yang menolak anugerah keselamatan yang Tuhan karuniakan di dalam Yesus Kristus. Jika kita telah menjadi murid Tuhan, itu berarti kita memiliki anugerah keselamatan yang bersifat kekal. Bagaimana jika gagal? Pandanglah kepada anak-anak Tuhan di dalam Alkitab, tokoh-tokoh dan teladan rohani di sana. Adakah di antara mereka yang tidak pernah gagal hidupnya? Apakah mereka kehilangan keselamatannya? Tidak! Kita mungkin dapat gagal, tetapi Allah tidak pernah gagal. Ia akan membangun kita kembali dan membawa kita kepada rencana-Nya.
Solideo gloria! Salam kasih, selamat terus melangkah di dalam kuk kasih karunia yang ringan bersama Sang Juruselamat yang lemah lembut.
Tuhan memberkati,
Pdt. Yudi Jatmiko
Question:
I would like to ask about the "paradox" between the cost of following Christ, as taught by Jesus Himself, versus the concept that salvation is a gift (nothing can be done to deserve it).
In Paul’s letters, Paul teaches that salvation cannot be earned through good deeds. No good work can make someone worthy of God's acceptance. No one is deserving of salvation based on their own qualities or good deeds:
"For by grace you have been saved through faith; and this is not your own doing, it is the gift of God, not a result of works, so that no one may boast." (Ephesians 2:8-9)
"He saved us, not because of works done by us in righteousness, but according to his own mercy, by the washing of regeneration and renewal of the Holy Spirit." (Titus 3:5)
However, Jesus also teaches that there is a cost to following Him. Before deciding to follow Him, one must consider whether they are willing to commit fully so as not to falter later.
In Luke 14:25-33, the Bible emphasizes that everything must be relinquished to follow Jesus. Similarly, in Matthew 10:37, the commitment demanded is extreme:
- A person must love Jesus more than their family.
- They must not love themselves, even their own life, more than Jesus.
- They must be willing to carry their cross, even to the point of losing their life for Christ.
- Simply put, "everything must be relinquished to follow Jesus."
If one cannot commit to this, they "cannot be My disciple" (Luke 14:33) and are "not worthy of Me" (Matthew 10:37).
Here are my questions:
- Are Jesus' teachings about the cost of discipleship meant to be taken literally? If so, honestly, many (perhaps even myself) would struggle to meet such extreme commitments.
- How can we reconcile Paul's teaching on grace with Jesus’ teaching on the high cost of discipleship, which seems contradictory?
- Jesus says His yoke is easy and His burden light, yet the requirements for discipleship seem exceedingly heavy. How can we understand this paradox?
- For those who fail or are unwilling to meet the commitment Jesus describes but still "believe" in Him, does this mean they cannot attain salvation or eternal life?
Answer:
- Are Jesus’ teachings about the cost of discipleship literal?
Yes and no. Jesus' teaching in passages like Matthew 10:34-42 and Luke 14:25-33 is not symbolic, but its interpretation requires an understanding of His intent. Jesus emphasizes total devotion to Him above all else—family, self-interest, and material possessions. This is not a call to literally hate one's family or neglect self-love but a call to prioritize Him above everything. Loving family and self is part of God's commandments, but the ultimate loyalty of a disciple belongs to Christ.Jesus is teaching that discipleship is not something to take lightly. The metaphor of calculating the cost (Luke 14:28) reflects the seriousness and totality of this commitment. It means fully surrendering your heart to Him and living for Him daily.
While the call is indeed challenging, Jesus does not demand perfection through human strength. Instead, He gives His Spirit to empower us to follow Him faithfully.
- Reconciling Paul’s teaching on grace and Jesus’ teaching on the cost of discipleship:
Paul emphasizes salvation as a gift of grace, entirely the work of God, not earned by good works. Jesus’ teaching on the cost of discipleship, on the other hand, focuses on the response of those who have received this grace.Salvation is freely given, but discipleship is about growing in that relationship with Christ. The cost of discipleship reflects the transformation God works in us as we live out our faith. It’s not a prerequisite for salvation but a natural outflow of God’s grace in our lives. Paul’s letters, such as Philippians 2:12-13, also highlight this cooperative dynamic:
"Work out your own salvation with fear and trembling, for it is God who works in you, both to will and to work for His good pleasure."
- Understanding the paradox of the “light burden” and the “high cost”:
Jesus contrasts His yoke with the legalistic burdens imposed by the Pharisees, which were impossible to bear. His "yoke" is rooted in grace, not law. Discipleship under Christ is a journey of transformation empowered by His Spirit.The "high cost" lies in surrendering control and self-reliance. Yet, as we walk in His grace, the burden is light because Jesus carries it with us. Like two oxen yoked together, He bears the weight alongside us. This doesn’t mean life as a disciple will be free from suffering, but the peace and joy found in Christ make the journey bearable and fulfilling.
- Does failing to meet the commitment mean losing salvation?
No. Salvation is based on God’s grace and is secure in Christ for those who believe. Even when disciples fail or struggle, God’s grace remains sufficient. Examples of imperfect disciples—like Peter, who denied Christ, yet was restored—demonstrate that failure does not mean disqualification.The key is a heart willing to follow Christ and rely on His grace for growth. True discipleship is not about flawless performance but about a surrendered heart continually shaped by God’s Spirit.
Soli Deo Gloria!
Blessings,
Rev. Yudi Jatmiko