Spiritualitas dalam Kalender Kehidupan
Baru sekitar 10-15 tahun terakhir ini, saya terus memperingati Pra Paskah. Sebelumnya, pra paskah tidak menjadi bagian dari kehidupan saya sebagai orang Kristen. Tentu ini juga terjadi pada umumnya. Yaitu penganut Kristen Protestan menganggap peringatan pra paskah hanyalah ekslusif milik para penganut Katolik. Saya juga sering diajarkan untuk menjadikan Kristus sentral dalam hidup bukan hanya di hari minggu tetapi senin-sabtu. Namun bagaimana praktika hidup menempatkan Kristus sebagai sentral seringkali hanya dihubungkan dengan urusan moralitas dan etika hidup. Saya tidak paham bagaimana waktu hidup saya setiap hari senin, selasa, dan seterusnya sampai minggu diisi dengan Yesus Kristus sebagai poros utama.
Hanya ketika saya membuka diri berpartisipasi ke dalam peringatan pra-paskah, saya dibawa ke dalam dinamika spiritualitas yang mendalam. Pra-paska yang dibuka dengan Rabu Abu menyadarkan saya bahwa setinggi apapun prestasi dalam hidup, saya tetap saja adalah debu. Tanpa memaknai hidup demikian, saya mudah sekali jatuh dalam kesombongan terselubung. Spiritualitas pra-paska menyingkap realita bahwa kita harus mati terhadap dosa dan diri sendiri sebab hidup ini bukan milik kita lagi tetapi milik Kristus. “Kristus yang hidup di dalamku”. Melaksanakan peringatan-peringatan rohani yang menonjolkan Kristus, itulah yang akhirnya saya hayati sebagai hidup berpusat pada Kristus. Karena saya belajar mengisi hari senin, selasa, rabu dan seterusnya dengan kesadaran bahwa saya butuh merendah karena saya hanyalah debu. Tetapi bukan sembarang debu yang tidak ada artinya. Namun debu yang dihargai oleh Yesus Kristus yang beranugerah.
Spiritualitas pra paska memanggil kita balik ke realita paling mendasar. Kita butuh TUHAN Allah yang beranugerah dalam peredaran hari demi hari. Spiritualitas pra paskah juga menggaris bawahi bahwa pengakuan kita bukanlah sia-sia, tetapi perlu demi proses pengudusan. Dengan lilin yang dimatikan tiap minggu satu demi satu dan akhirnya menyala pada paskah subuh, kita diajak mendalami realita menyatunya kita dengan Kristus melewati kalender hidup tiap hari. Spiritualitas pra paskah adalah salah satu yang mengajak kita mengisi hari dengan Kristus sebagai poros. Hari Paskah menuju Pentakosta menuntun kita menghidupi realita dibawah kesadaran bahwa kita adalah pemenang di dalam Kristus Yesus yang bangkit, naik dan mengutus Roh Kudus.
Mari kita jalani keseharian dengan menyatukan hari-hari waktu hidup dengan siklus hidup Yesus Kristus. Hanya integrasi demikian yang dapat menolong kita mengisi hidup dengan makna yang mendalam.
(Pdt Budianto Lim)