AIR MATA PERTOBATAN PETRUS
Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: “Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku.” Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya (Lukas 22:61-62).
Siapa yang tidak mengenal rasul Petrus? Sejarah gereja mengenalnya sebagai tokoh yang vital dalam pertumbuhan gereja Tuhan di dunia. Alkitab menggambarkan Petrus sebagai sosok dominan, penuh semangat, bahkan berapi-api dalam komitmen. Nelayan Galilea yang dipilih dan dipanggil Tuhan untuk “meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus menjadi penjala manusia.” Ia juga adalah satu-satunya murid yang mampu memberikan jawaban yang tepat atas oral question yang Tuhan Yesus berikan ketika mereka tiba di Kaisarea. “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” demikian pertanyaan Tuhan Yesus menelisik hati murid-murid. Petrus, dan hanya Petrus, dengan mantap menjawab, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Terlepas dari teguran Tuhan setelah itu, ini adalah jawaban yang mendapatkan afirmasi dan pujian dari Tuhan Yesus (Mat.16:17-19). Selain itu, dari tiga orang murid yang menyertai Yesus dalam peristiwa trasnfigurasi, hanya Petrus yang menyatakan keindahan yang ia rasakan dan niat hatinya yang mulia untuk mengenang peristiwa itu (Mat.17:4). Dan jangan lupa, ia adalah satu-satunya murid yang pernah mengalami bagaimana rasanya berjalan di atas air.. literally! walaupun setelah itu ia tenggelam jika tidak segera ditolong oleh Tuhan (Mat.14:22-33).
Semua itu menjadi pengalaman-pengalaman rohani yang fantastis untuk Petrus. Pengalaman yang luar biasa berjalan bersama Tuhan Yesus dan mengiring-Nya setiap hari. Hati Petrus penuh dengan kasih kepada Tuhan. Teguh bagai batu karang, tak bergeming di hempas badai. Paling tidak, itulah yang diharapkan dari pemberian nama yang diberikan kepadanya: Petrus. Tetapi jauh di dalam hatinya, Petrus sebenarnya hanyalah Simon, buluh ilalang yang terbang tertiup angin. Lemah, tiada berakar, mudah dikuasai oleh ketakutan dan hasrat cinta diri. Tidak heran ia dengan mudah menyangkali Tuhannya sebanyak tiga kali, bahkan setelah mendapat peringatan sebelumnya (Yoh.13:36-38).
Namun Simon Petrus juga adalah gambaran diri kita. Tidak jarang kita pun seperti Petrus yang penuh dengan api pengabdian dan komitmen untuk mengasihi Tuhan seumur hidup, namun kandas pada dosa dan kelemahan diri. Betapapun tangguh dan kokoh kita di luar, Tuhan mampu melihat jauh ke dalam hati kita, ke tempat-tempat tersembunyi yang menjadi titik-titik kelemahan kita. Dan berita baiknya ialah.. Ia Tuhan yang memulihkan. Di tepi danau Galilea itu, Tuhan Yesus memulihkan hati Petrus untuk kembali mengasihi-Nya, kini dengan lebih utuh dan penuh kesadaran diri. Tuhan juga mau memulihkan kita yang mengakui kelemahan diri dan datang kepada-Nya. Suara-Nya masih memiliki gema yang sama sampai sekarang: “Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” (yj)