Awal yang Baru
“Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” (Kol 2:6-7)
Minggu lalu kita baru saja merayakan baptisan dan sidi rekan-rekan kita. Baptisan bukanlah akhir dari perjalanan iman mereka, namun justru menjadi awal dari kehidupan mereka yang baru di dalam Tuhan. Kehidupan yang akan penuh dengan tantangan, namun tidak akan pernah lepas dari penyertaanNya.
Bangsa Israel juga perlu belajar banyak setelah mereka berhasil keluar dari tanah Mesir. Mereka sekarang menjadi bangsa yang merdeka dan tidak lagi berada di bawah perbudakan oleh Firaun. Namun mereka juga menemukan bahwa hidup mereka yang baru sekarang bersama Tuhan tidaklah mudah. Setelah menyeberangi laut Merah, tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun dengan tidak mendapat air. Ketika mereka tiba di Mara, mereka berpikir bahwa akhirnya mereka dapat minum juga. Namun ternyata mereka tidak dapat meminum air di Mara ini karena pahit rasanya. Mereka pun langsung bersungut-sungut kepada Musa. Dalam sekejap saja mereka lupa bahwa mereka baru diselamatkan dengan ajaib oleh Allah. Meskipun demikian, Allah adalah Allah yang sabar. Ini adalah awal lembaran yang baru bagi kehidupan bangsa Israel dan mereka memang membutuhkan waktu untuk bertumbuh dan mengenal DiriNya. Ia pun menjadikan air ini menjadi manis supaya dapat diminum oleh bangsa Israel. (Kel 15:22-27)
Jemaat sekalian, lewat perayaan Paskah minggu lalu, sebagian dari kita mungkin ada yang kembali dibangunkan lagi kerohaniannya, terutama lewat kebaktian kebangunan rohani Jumat Agung yang lalu. Kebangunan rohani memang dibutuhkan, terutama bagi kita yang sudah mulai tertidur di dalam kehidupan iman kita. Namun untuk kembali bangun hanyalah sebuah titik awal. Akan sangat ironis jika kehidupan iman kita hanyalah diisi oleh bangun dan tidur rohani. Jangan sampai kehidupan iman kita hanya berisi euforia sesaat sebelum kita tertidur kembali. Marilah kita terus berdoa dan berupaya, agar setelah dibangunkan, kita kemudian dapat berdiri dan melangkah ke depan bersama dengan Kristus. (SH)