“Apakah setelah naik ke sorga, Yesus masih 100% manusia? Jika ya, apa berarti menjadi manusia yg tidak dibatasi ruang & waktu & hukum fisika lainnya? Jika begitu, apa masih bisa disebut manusia? Jika tidak, apakah menjadi spirit seperti Allah Bapa & Roh Kudus? Lalu di manakah tubuh Yesus?
by ADMIN · Published · Updated
Q) "Apakah setelah naik ke sorga, Yesus masih 100% manusia? Jika ya, apa berarti menjadi manusia yg tidak dibatasi ruang & waktu & hukum fisika lainnya? Jika begitu, apa masih bisa disebut manusia? Jika tidak, apakah menjadi spirit seperti Allah Bapa & Roh Kudus? Lalu di manakah tubuh Yesus?
A) Terima kasih untuk pertanyaan yang diberikan. Ini pertanyaan yang baik. Jika kita memperhatikan catatan historis keempat Injil setelah peristiwa kebangkitan Yesus, maka kita akan mendapati bahwa setelah Yesus bangkit dari kematian, Ia tetap sebagai Allah-Manusia Sejati. Pengakuan iman Nicea-Kalsedon menyatakan bahwa dwi-natur ini tidak terpisah, tidak bercampur dan bersifat kekal setelah kebangkitan-Nya. Apakah Yesus masih 100% manusia? Jawabannya ya 100% manusia, tetapi tidak seperti manusia yang kita pikirkan. Tubuh Yesus yang bangkit setelah peristiwa Paskah adalah tubuh kebangkitan atau disebut juga sebagai tubuh kemuliaan. Rasul Paulus menguraikan hal ini dengan cukup rinci dalam 1 Korintus 15:35-58.
Tubuh kebangkitan berbeda dengan tubuh manusia biasa. Tubuh kebangkitan juga bukan seperti roh atau hantu yang melayang-layang, seperti yang digambarkan dalam film-film atau tulisan-tulisan pada umumnya. Tubuh kebangkitan bersifat material tetapi spiritual. Material maksudnya ialah tubuh kebangkitan itu bisa menerima makanan. Itu sebabnya Yesus dapat makan ikan goreng setelah kebangkitan-Nya (Lukas 24:42-43). Hal yang sama juga siratkan dalam Yohanes 21:13-15. Tindakan memakan ikan yang Tuhan Yesus lakukan bukanlah hal biasa. Ini untuk menunjukkan kepada murid-murid-Nya bahwa mereka tidak sedang berhalusinasi; atau bahwa mereka sedang melihat hantu. Yesus makan untuk menunjukkan bahwa Ia benar-benar hidup kembali. Tubuhnya bersifat material, tetapi material yang tidak akan binasa selamanya.
Sifat kedua dari tubuh kebangkitan ialah spiritual. Maksudnya, sekalipun tubuh kebangkitan dapat menerima makanan, tubuh ini tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Jika kita memperhatikan tubuh Tuhan Yesus dalam catatan narasi Injil setelah kebangkitan, kita akan melihat bahwa Yesus mampu hadir di tengah murid-murid-Nya tanpa terhadalang oleh benda di sekeliling-Nya. Yohanes 20:19 mengatakan: “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” Perhatikan frasa “pintu-pintu yang terkunci” pada ayat tersebut. Ini menunjukkan kemampuan Yesus untuk hadir menembus ruang dan waktu. Ini dimungkinkan karena tubuh Yesus adalah tubuh kebangkitan. Ini aspek spiritual dari tubuh tersebut.
Ada beberapa sifat lain dari tubuh kebangkitan sebagaimana dirincikan oleh Paulus dalam 1 Korintus 15. Tetapi pada kesempatan ini, saya ingin memfokuskan pada satu sifat yang ketiga, yaitu kekal. Tubuh ini bersifat kekal. Tidak seperti tubuh duniawi yang akan binasa, tubuh kebangkitan (atau disebut juga tubuh kemuliaan, atau tubuh sorgawi) tidak akan binasa selamanya. Tubuh kebangkitan adalah tubuh yang mulia. Inilah tubuh Tuhan Yesus.
Tetapi yang ajaib ialah tubuh kebangkitan bukan hanya untuk Tuhan Yesus, tetapi juga untuk setiap orang yang percaya kepada-Nya. Firman Tuhan mengajarkan bahwa karena ada peristiwa Paskah, kita pun dimungkinkan untuk bangkit bersama Kristus setelah kita mati di dalam iman. Seperti Kristus, kitapun dibangkitkan dari kematian dan akan mengenakan tubuh kemuliaan yang tidak akan binasa. Ini janji Tuhan yang sangat indah.
Saya percaya hal ini akan sulit dipahami oleh akal sehat kita. Hal ini sulit bukan karena tidak masuk akal, tetapi karena kebenarannya melampaui akal kita. Kadang-kadang, untuk mengerti mengapa istri kita yang begitu penuh kasih mengampuni dan melayani kita berulang-ulang setelah kita berbuat salah kepadanya, itu saja sudah sangat sulit dimengerti oleh logika kita; apalagi mengerti pikiran Tuhan.
Hukum fisika tentu tidak dapat mencerna hal ini. Tentu bukan karena hukum fisika salah dan lemah. Tidak! Itu karena ranah dari hukum fisika ialah natural (atau hal-hal yang bersifat alam dan segala isinya). Hukum fisika umumnya berorientasi kepada benda dan relasi diantara benda-benda yang ada. Hukum fisika tentu sangat bermanfaat dalam hidup di dunia. Tetapi hukum fisika tidak dapat menjelaskan mengapa orangtua yang telah dikhianati oleh anak mereka bertahun-tahun tetap rela dan mau menerima anak itu kembali ke rumah dan mengasihi mereka dengan tulus. Ini bukan karena hukum fisika tidak efektif, tetapi karena ini bukan ranah dari hukum fisika. Ini adalah ranah etika. Dengan demikian, ada batasan-batasan dalam hukum di dunia. Ada hukum fisika, ada hukum etika, ada hukum-hukum yang lain yang berlaku dalam ranah yang berbeda.
Jika begitu, sudah tentau hukum fisika tidak dapat diterapkan untuk mengevaluasi tubuh kemuliaan. Ini disebabkan karena tubuh kemuliaan bukanlah tubuh duniawi (yang merupakan ranah hukum fisika). Tubuh kemuliaan adalah tubuh sorgawi. Dibutuhkan hukum lain yang lebih luas dan lebih tinggi daripada hukum fisika untuk mengevaluasinya.
Maka di sini kita disadarkan andaikan Yesus tetap tinggal dalam kubur itu dan tidak bangkit, kita pun tidak akan pernah bangkit dari kematian. Tapi puji syukur untuk Paskah! Kristus sudah bangkit dan menang dari kematian. Ia mengenakan tubuh kemuliaan. Kitapun akan dibangkitkan bersama Dia dalam kemuliaan. Karena itu kita dapat memandang hidup ini dengan positif dan berkata: “Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (1Kor.15:57-58). Tuhan memberkati kita semua (yj).
